(Bahasa Indonesia) Nischaya dan Neivda adalah dua bersaudara yang masing-masing bersekolah di P.2 dan P.3. Setelah dilahirkan di Nepal, ayah mereka membawa mereka ke Hong Kong. Pada bulan November tahun ini, keduanya kembali ke kampung halamannya Nepa...
(Bahasa Indonesia) Beberapa etnis minoritas kesulitan mendapat penghasilan atau pekerjaan karena penghalang budaya atau bahasa. Namun, ada beberapa dari mereka yang mahir berbahasa China dan tetap kesulitan hanya dikarenakan warna kulitnya. Keanekara...
(Bahasa Indonesia) Pada tahun 1980 and ‘90-an, banyak wanita Thailand pindah ke Hong Kong sebagai pengantin lintas batas. Di sini, mereka menghadapi berbagai masalah yang timbul dari kendala bahasa dan rasa yang asing terhadap orang-orang dan kebudaya...
(Bahasa Indonesia) Dengan menguasai bahasa Kanton pada masa kecilnya, WEI Ching-duck, seorang bocah lelaki Nepal, telah membuatnya berbaur dengan Hong Kong secara lebih mudah dan dia juga telah menyelesaikan seluruh program sains sekunder dengan nilai...
(Bahasa Indonesia) Tidak mudah bagi orang di tanah asing untuk beradaptasi dengan kebudayaan yang berbeda. Tiga suami dari Barat meninggalkan kampung halaman mereka ke Hong Kong karena istri-istri mereka, yang terdengar sama romantisnya dengan kisah c...
(Bahasa Indonesia) Saat ini, kurang dari 2.000 penduduk asli Bangladesh tinggal di Hong Kong. Sebagian dari mereka tiba di Hong Kong dua puluh atau tiga puluh tahun yang lalu untuk bekerja dan menjadikan Hong Kong sebagai rumah mereka. Kini mereka mem...
(Bahasa Indonesia) Ada pepatah Jepang yang berarti "tempat manapun yang biasa Anda tinggali disebut 'surga'". Dua orang Jepang berikut ini datang untuk menjadikan Hong Kong sebagai rumah mereka. Salah satunya sudah tinggal sekitar empat tahun, yang sa...
(Bahasa Indonesia) Suku etnis minoritas merasa sulit berbaur dalam masyarakat karena mereka selalu harus bekerja dua kali lebih keras daripada warga lokal. Mungkin segalanya akan lebih mudah jika mereka memiliki pendamping dalam pekerjaan mereka yang m...