Discover
Dhammavihari Buddhist Studies

475 Episodes
Reverse
Setelah menjelaskan tentang berbagai macam pandangan salah serta dampaknya kepada para brahmana dan penghuni rumah yang kaya raya di Desa Sāla, #Buddha melanjutkan penjelasan tentang empat macam individu dan juga tahapan-tahapan pencapaian tingkat #kesucian terakhir yang dimulai dari pencapaian absorpsi pertama hingga tiga pengetahuan yang sejati. Silakan menyaksikan lanjutan penjelasan #AshinKheminda mengenai Diskursus tentang Ajaran Yang Absolut (Apaṇṇakasutta-MN 60) hanya berdasarkan Pāḷi dan Aṭṭhakathā. Penjelasan lengkap tentang diskursus ini dapat dibaca di Buku Gahapativagga (Kumpulan Diskursus Berkenaan dengan Para Penghuni Rumah) yang dapat dipesan melalui: bit.ly/DBSbook atau melalui http://bit.ly/Ebook_Gahapativagga untuk versi e-book.Selamat menikmati.
Saat Begawan sedang berjalan di negeri-negeri Kosala bersama dengan banyak rahib laki-laki, para brahmana dan penghuni rumah yang kaya raya yang telah mendengar tentang keutamaan-keutamaan dari #Buddha, memutuskan untuk mengunjungi Beliau. Kemudian terjadilah percakapan antara Begawan dengan para brahmana dan penghuni rumah tersebut. Percakapan dimulai dari pembahasan mengenai pandangan salah dan pandangan benar.Silakan menyaksikan penjelasan Ashin Kheminda mengenai Diskursus tentang Ajaran Yang Absolut (Apaṇṇakasutta-MN 60) hanya berdasarkan Pāḷi dan Aṭṭhakathā. Penjelasan lengkap tentang diskursus ini dapat dibaca di Buku Gahapativagga (Kumpulan Diskursus Berkenaan dengan Para Penghuni Rumah) yang dapat dipesan melalui: bit.ly/DBSbook atau melalui http://bit.ly/Ebook_Gahapativagga untuk versi e-book.Selamat menikmati.
#Pertapa telanjang yang bernama Nāṭa yang tidak senang dengan Buddha Gotama, mengutus Pangeran Abhaya untuk menyanggah Ajaran #Buddha Gotama dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan bercabang yang diharapkan dapat membuat Buddha tercekat dan tidak bisa menjawab. Apakah Pangeran Abhaya berhasil?Silakan menyaksikan penjelasan #AshinKheminda mengenai Diskursus untuk Pangeran Abhaya (Abhayarājakumārasutta-MN 58) hanya berdasarkan Pāḷi dan Aṭṭhakathā. Penjelasan lengkap tentang diskursus ini dapat dibaca di Buku Gahapativagga (Kumpulan Diskursus Berkenaan dengan Para Penghuni Rumah) yang dapat dipesan melalui: bit.ly/DBSbook atau melalui http://bit.ly/Ebook_Gahapativagga untuk versi e-book.Selamat menikmati.
Seorang penghuni rumah yang bernama Potaliya merasa tidak senang saat #Buddha menyapanya dengan sebutan “wahai penghuni rumah.” Dia merasa sudah meninggalkan segala #harta #kekayaan dan keluarganya tetapi masih disapa sebagai penghuni rumah. Buddha kemudian menjelaskan kepadanya perbedaan pelepasan yang dilakukan oleh penghuni rumah dengan yang dilakukan oleh orang yang mulia termasuk bahaya dari kenikmatan-indriawi.Di kelas ini Ashin Kheminda akan menjelaskan Diskursus untuk Potaliya (Potaliyasutta-MN 54) hanya berdasarkan Pāḷi dan Aṭṭhakathā. Penjelasan lengkap dapat dibaca di Buku Gahapativagga (Kumpulan Diskursus Berkenaan dengan Para Penghuni Rumah) yang dapat dipesan melalui: bit.ly/DBSbook atau melalui http://bit.ly/Ebook_Gahapativagga untuk versi e-book.Selamat menikmati.
Sesungguhnya ada banyak pembabaran Ajaran yang telah dilakukan oleh Begawan untuk sesepuh Rāhula, salah satunya terekam di dalam Diskursus tentang Nasihat untuk Rāhula Di Ambalaṭṭhikā (Ambalaṭṭhikārāhulovādasutta). #Buddha menyampaikan ajaran ini saat sesepuh Rāhula masih seorang sāmaṇera dengan memberikan empat perumpamaan wadah air, dua perumpamaan gajah dan satu perumpamaan cermin. Semua perumpamaan ini akan dijelaskan secara detail sesuai dengan Pāḷi dan Aṭṭhakathā oleh #AshinKheminda di kelas ini.Selamat menikmati.
Mahāpanthakatthera merupakan seorang arahat ketika adik laki-lakinya Culapanthaka bergabung menjadi bhikkhu. Culapanthaka terlahir sebagai seorang yang dungu karena ia pernah menertawakan seorang bhikkhu yang sangat dungu pada salah satu kehidupan lampaunya. Culapanthaka tidak dapat bahkan mengingat satu stanza dalam waktu empat bulan. Mahāpanthaka sangat kecewa dengan adiknya dan menyuruhnya untuk meninggalkan wihara karena dia tidak pantas menjadi seorang bhikkhu.Terkait dengan hal tersebut, pada suatu kesempatan para bhikkhu bertanya kepada Buddha mengapa Mahāpanthaka, meskipun adalah seorang arahat, mengusir adik laki-lakinya keluar dari wihara. Mereka juga menambahkan, “Apakah para Arahat masih kehilangan kesabaran mereka? Apakah mereka masih mempunyai kotoran batin seperti niat jahat dalam batin mereka?” Bagaimana jawaban Buddha? Apakah tindakan Mahāpanthaka tersebut didasari oleh kemarahan?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 405-407 dari Kelompok Stanza tentang Brahmana (Brahmanavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Pada suatu waktu, para bhikkhu membicarakan mengenai Arahat Theri Uppalavanna yang dilecehkan oleh pemuda Nanda yang kemudian ditelan bumi. Sehubungan dengan ini, mereka bertanya kepada Buddha apakah Arahat tidak menikmati kenikmatan indriawi meskipun mereka memiliki fisik yang sama dengan orang lain. Apa jawaban Buddha? Bagaimana sikap seorang Arahat terhadap kenikmatan indriawi?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 401-404 dari Kelompok Stanza tentang Brahmana (Brahmanavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Suatu ketika saat Buddha sedang berdiam di wihara Veluvana, YA. Sāriputta, dengan ditemani oleh 500 bhikkhu, memasuki desa Nālaka dan berdiri di depan pintu rumah ibunya sendiri untuk ber-piṇḍapāta. Ibunya mengundang mereka masuk ke dalam rumah, namun ketika ia sedang mempersembahkan makanan kepada anaknya, ia berkata, “Wahai pemakan makanan sisa, kau yang telah meninggalkan 80 crore untuk menjadi seorang bhikkhu, kau telah menghancurkan kami.” Kemudian ia mempersembahkan makanan kepada bhikkhu lain sembari berkata kepada mereka dengan kasar, “Kalian semua telah memanfaatkan anakku sebagai pembantumu; sekarang makan makananmu.”YA. Sāriputta tidak menjawab apa pun, melainkan hanya mengambil mangkuk makanannya dan kembali ke wihara. Sekembalinya ke wihara, para bhikkhu memberitahu Buddha bagaimana YA. Sāriputta dengan sabar menahan omelan dan hinaan dari ibunya. Apa jawaban Buddha? Bagaimana YA. Sāriputta bisa memiliki kesabaran seperti itu?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 395-400 dari Kelompok Stanza tentang Brahmana (Brahmanavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Pada suatu waktu, Buddha tiba di Rājagaha dengan rombongan para Bhikkhu, salah satunya adalah YA. Assaji. Upatissa (yang kelak menjadi YA. Sāriputta) sangat terkesan dengan penampilan YA. Assaji yang mulia, sehingga dengan hormat ia bertanya kepada YA. Assaji siapakah gurunya, ajaran apakah yang diajarkannya, dan juga memohon YA. Assaji mengajarkan secara singkat ajarannya. Setelah menjawab dua pertanyaan pertama, YA. Assaji kemudian mengutip sebuah stanza singkat yang berhubungan dengan Empat Kebenaran Mulia. Di pertengahan stanza tersebut dibabarkan, Upatissa mencapai buah Sotapatti. Upatissa kemudian memberitahu sahabatnya Kolita mengenai Dhamma sejati yang telah ditemukan, lalu keduanya menemui Buddha di wihara Veluvana dan ditahbiskan sebagai Bhikkhu. Selanjutnya mereka berdua dikenal sebagai YA. Sāriputta dan YA. Moggallāna.YA. Sāriputta selalu mengingat bahwa berkat YA. Assaji-lah Beliau dapat bertemu Buddha dan mencapai keadaan Tanpa Kematian, sehingga Beliau selalu menghormat ke arah mana pun YA. Assaji berada dan tidur dengan kepala menghadap ke arah yang sama. Para Bhikkhu lain yang tinggal bersamanya salah mengartikan tindakan Beliau tersebut sebagai menyembah ke berbagai arah dan melaporkannya kepada Buddha. Bagaimana tanggapan Buddha mengenai hal tersebut? Bagaimana seharusnya sikap seorang murid terhadap gurunya?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 391-394 dari Kelompok Stanza tentang Brahmana (Brahmanavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Sesepuh Sariputta sering dipuji oleh banyak orang karena kesabaran dan penahanan diri beliau. Murid beliau biasanya menceritakan tentang beliau: “Guru kami adalah seseorang dengan kesabaran dan penahanan diri yang hebat. Bila beliau disiksa atau dipukuli oleh orang lain, beliau tidak kehilangan kesabaran tetapi tetap tenang dan terkendali.” Karena sesepuh sering diceritakan seperti itu, seorang brahmana yang memiliki pandangan salah mengumumkan kepada para pengagum Sesepuh Sariputta bahwa dia akan memprovokasi beliau supaya marah. Pada saat itu, Sesepuh Sariputta yang sedang melakukan pindapatta muncul di sana; brahmana tersebut menghampiri sesepuh dan memukul keras punggungnya dengan tangan. Namun sesepuh bahkan tidak melihat ke sekelilingnya untuk mencari siapa orang yang memukulnya, melainkan tetap melanjutkan berjalan seperti tidak terjadi apa-apa. Apa yang terjadi selanjutnya? Bagaimana Buddha menanggapi kejadian tersebut?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 383-390 dari Kelompok Stanza tentang Brahmana (Brahmanavagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Sāmaṇera Sumana adalah murid dari Anuruddha Thera. Meskipun dia baru berusia tujuh tahun, namun dia adalah seorang Arahat yang memiliki kekuatan supernormal. Pada saat gurunya Anuruddha jatuh sakit di vihara yang berada di dalam sebuah hutan di Himalaya, dia mengambilkan air dari danau Anotatta yang jauhnya 500 yojana dari vihara. Perjalanan itu tidak ditempuh dengan jalan darat tetapi melalui jalan udara berkat kekuatan supernormalnya. Suatu hari, Anuruddha Thera membawa Sāmaṇera Sumana menghadap Buddha, yang sedang berdiam di vihara Pubbarama, sebuah vihara yang dipersembahkan oleh Visakkha. Di sana, para Bhikkhu muda dan Sāmaṇera menggodanya dengan menepuk kepalanya; menarik telinga, hidung, dan tangannya; dan bersenda gurau menanyakan apakah dia tidak merasa bosan. Buddha melihat kejadian tersebut dan berpikir bahwa beliau akan membuat para Bhikkhu muda itu melihat kualitas langka yang dimiliki Sāmaṇera Sumana yang masih muda. Apa yang kemudian dilakukan oleh Buddha? Bagaimana Sāmaṇera Sumana bisa memiliki kemampuan supernormal pada usia yang masih muda? Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 382 dari Kelompok Stanza tentang Bhikkhu (Bhikkhuvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Vakkali adalah seorang brahmana yang tinggal di Savatthi. Suatu hari, ketika melihat Buddha sedang ber-pindapatta di kota, dia sangat terkesan dengan pencapaian sarira Buddha Dia pun memohon izin untuk diterima di dalam Sangha hanya agar bisa berada di dekat Buddha. Sebagai Bhikkhu, Vakkali selalu berada di dekat Buddha; dia tidak peduli dengan tugas ke-Bhikkhu-an yang lainnya dan sama sekali tidak melatih meditasi konsentrasi.Oleh karena itu, Buddha berkata kepadanya, “Vakkali, tidak ada gunanya bagimu dengan berada di dekat-Ku dan memperhatikan wajah-Ku. Oleh karena sebenarnya, hanya dia yang melihat Dhamma-lah yang melihat-Ku. Dia yang tidak melihat Dhamma, tidak melihat-Ku.” Ketika mendengar kata-kata tersebut, Vakkali merasa sangat tertekan. Dia pergi seperti perintah Buddha, dan memanjat bukit Gijjhakuta dengan niat untuk bunuh diri dengan cara melompat dari puncak bukit. Apa yang selanjutnya terjadi? Bagaimana cara Buddha menanggapi kejadian tersebut?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 377-381 dari Kelompok Stanza tentang Bhikkhu (Bhikkhuvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Pada suatu waktu, hidup seorang wanita yang sangat kaya di kota Kuraraghara, sekitar 120 yojana jaraknya dari Savatthi. Dia mempunyai seorang anak bernama Sona yang telah menjadi Bhikkhu. Pada suatu hari, atas permintaan ibunya, Bhikkhu Sona membabarkan Dhamma kepada ibunya dan orang-orang di kota kelahirannya di sebuah paviliun. Ibunya mengajak seluruh orang di rumahnya dan hanya meninggalkan seorang pembantu.Saat pembabaran Dhamma sedang berlangsung, sekawanan perampok masuk ke rumahnya. Pemimpin perampok sengaja pergi ke paviliun tempat wanita tersebut berada dan mengawasinya, dengan tujuan untuk membunuhnya apabila dia pulang ke rumah lebih awal. Pembantunya yang melihat para perampok memasuki rumah, pergi melapor kepada majikannya, tetapi dia hanya berkata, “Biarkan para perampok mengambil semua uangku, aku tidak peduli; tapi jangan datang dan menggangguku saat aku mendengarkan Dhamma. Pulanglah.” Si pembantu pulang, namun ketika melihat para perampok mengambil barang dan emas dan perak, dia kembali melaporkan kepada majikannya, tapi selalu mendapatkan jawaban yang sama. Pimpinan perampok yang melihat semua itu menjadi tergugah dan menyuruh anak buahnya mengembalikan semua barang yang dicuri, kemudian datang mendengarkan Dhamma, dan bahkan akhirnya mereka semua menjadi Bhikkhu. Buddha, dari jarak 120 yojana, mengetahui kejadian ini. Apa nasihat Buddha kepada mereka? Apa yang harus dilakukan oleh seorang Bhikkhu untuk mencapai Nibbāna?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 368-376 dari Kelompok Stanza tentang Bhikkhu (Bhikkhuvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Suatu ketika, seorang Bhikkhu murid Buddha, yang menjadi sangat akrab dengan seorang pengikut Devadatta, berkunjung ke vihara tempat Devadatta berdiam dan tinggal di sana selama beberapa hari. Para Bhikkhu yang lain melaporkan hal tersebut kepada Buddha, bahwa terdapat seorang Bhikkhu murid Buddha yang bukan hanya berkumpul dengan pengikut Devadatta, tapi bahkan telah mengunjungi vihara Devadatta, tinggal di sana beberapa hari, serta makan, tidur, dan menikmati makanan dan kenyamanan vihara milik Devadatta. Buddha kemudian mengundang Bhikkhu tersebut dan menanyakan kebenaran dari berita yang telah didengar oleh Buddha. Bhikkhu tersebut mengakuinya, namun beliau berkata bahwa beliau tidak mengikuti ajaran Devadatta. Apa yang kemudian dikatakan oleh Buddha kepada Bhikkhu tersebut? Bagaimana seharusnya seorang Bhikkhu bersikap?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 363-367 dari Kelompok Stanza tentang Bhikkhu (Bhikkhuvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Suatu waktu, terdapat lima orang Bhikkhu yang tinggal di Savatthi. Masing-masing dari mereka mempraktekkan pengekangan diri terhadap salah satu dari lima indrianya, dan mereka masing-masing menganggap bahwa yang mereka praktekkan adalah yang tersulit. Terjadilah perdebatan, dan oleh karena tidak ada kesamaan pendapat, maka mereka menemui Buddha untuk menanyakan mengenai hal tersebut. Apa jawaban Buddha kepada mereka? Indria manakah yang sesungguhnya paling sulit dikendalikan? Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 360-363 dari Kelompok Stanza tentang Bhikkhu (Bhikkhuvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Pada suatu waktu, raja Pasenadi dari Kosala datang untuk memberi penghormatan kepada Buddha. Ia menjelaskan kepada Buddha alasan keterlambatannya adalah karena beliau harus mengambil alih semua kekayaan seorang miliuner yang meninggal dunia di Savatthi dikarenakan orang tersebut tidak meninggalkan ahli waris. Raja kemudian menceritakan mengenai riwayat hidup orang tersebut, yang meskipun kaya namun sangat kikir. Semasa hidupnya, ia tidak pernah menyumbangkan apapun dan bahkan enggan untuk menggunakan uangnya bagi dirinya sendiri, sehingga ia makan dengan sangat hemat dan hanya memakai pakaian yang murah dan kasar saja. Buddha kemudian menceritakan mengenai kehidupan lampau orang tersebut kepada raja dan hadirin bahwa di kehidupan lampau, pria itu juga adalah seseorang yang kaya. Apa yang terjadi di kehidupan lampau orang tersebut dan kamma apa yang telah diperbuatnya sehingga ia terlahir sebagai manusia yang kaya tapi kikir? Apa akibat menjadi orang seperti itu menurut Buddha?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 355-361 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Pada suatu waktu, sejumlah besar Bhikkhu tiba di vihara Jetavana. Untuk memberikan tempat bagi para Bhikkhu, Samanera Rahula harus pergi dan tidur di dekat pintu, tepat di luar kamar Buddha. Setan (Mara), yang ingin mengganggu Buddha melalui putra-Nya, mengambil bentuk seekor gajah dan melingkari kepala Samanera dengan belalainya, serta mengeluarkan suara yang menggelisahkan dengan harapan untuk menakut-nakutinya. Namun, Rahula tidak bergerak. Buddha yang mengetahui kejadian tersebut dari kamar-Nya kemudian mengatakan sesuatu kepada Mara. Apa yang dikatakan Buddha terkait perbuatan Mara tersebut? Mengapa Rahula bisa tidak jatuh dalam tipu muslihat Mara? Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 351-354 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Pada suatu waktu di Rajagaha, hidup putra seorang hartawan yang masih muda bernama Uggasena. Suatu hari ada rombongan pemain drama keliling datang ke Rajagaha, dan ketika Uggasena menyaksikan seorang putri pemain akrobat yang masih muda menari dan bernyanyi di atas sebuah galah bambu yang panjang, Uggasena pun jatuh cinta dan akhirnya menikahi putri tersebut, serta ikut dalam rombongan pemain drama keliling bersama istrinya. Namun karena Uggasena tidak bisa menari atau bermain akrobat, maka ia hanya bisa membantu mengangkut kotak-kotak, mengemudikan kereta, dan hal-hal sepele lainnya. Ketika istri Uggasena melahirkan seorang anak laki-laki, istrinya sering menyanyikan lagu yang liriknya mengolok-olok suaminya sebagai orang yang tidak berguna. Uggasena yang merasa terluka dan tertekan pun meminta ayah mertuanya untuk mengajarinya bermain akrobat, dan setelah setahun berlatih, ia menjadi pemain akrobat yang handal.Suatu hari, Uggasena kembali ke Rajagaha dan mempertunjukkan keterampilannya berakrobat. Namun di saat yang sama, Buddha memasuki Rajagaha dan membuat semua orang mengalihkan perhatian kepadanya, bukan kepada pertunjukan Uggasena. Apa alasan Buddha berbuat demikian? Kemudian bagaimana nasib Uggasena selanjutnya?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 348-350 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Pada suatu waktu hidup seorang Bhikkhu yang merupakan murid dari Y.A. Mahakassapa, yang telah mencapai empat Jhāna. Namun pada suatu hari, saat pergi untuk menerima dana makanan di rumah pamannya, beliau melihat seorang wanita dan berkeinginan untuk memilikinya. Akibatnya, beliau melepaskan jubah, namun sebagai seorang perumah tangga, beliau mengalami kegagalan karena tidak bekerja keras. Oleh karena itu beliau diusir dari rumah oleh pamannya, kemudian beliau bergabung dengan beberapa pencuri. Ketika melakukan aksinya, mereka tertangkap oleh pihak berwajib dan dibawa ke pemakaman untuk dieksekusi. Y.A. Mahakassapa melihat muridnya tersebut, kemudian menginstruksikan muridnya untuk berkonsentrasi pada satu objek meditasi, yang menyebabkan beliau lalu masuk ke dalam Jhāna dalam dan menjadi sangat tenang, serta tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan atau kecemasan saat akan dieksekusi. Para pengawal sangat terkesan dan melaporkannya kepada raja dan juga Buddha. Apa pendapat Buddha mengenai kejadian tersebut? Bagaimana kehidupan Bhikkhu tersebut selanjutnya?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 344-347 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).
Suatu ketika, saat Buddha sedang melakukan Pindapatta di Rajagaha, Beliau tersenyum saat melihat seekor babi betina muda yang kotor. Ketika ditanya oleh Yang Mulia Ananda, Buddha menjawab, “Ananda, babi betina muda ini dulunya adalah seekor ayam betina pada masa Buddha Kakusandha. Karena ia tinggal di dekat ruang makan sebuah vihara, ia terbiasa mendengar pengulangan teks suci dan diskursus Dhamma. Ketika meninggal, ia terlahir kembali menjadi seorang putri.”Buddha melanjutkan, “Pada suatu saat, ketika sang putri sedang menuju ke jamban, ia melihat belatung dan menjadi sadar akan sifat menjijikkan dari tubuh, dan lain-lain. Ketika sang putri meninggal, ia terlahir kembali di alam Brahma sebagai brahma putthujjana, tapi kemudian diakibatkan oleh beberapa kamma buruknya, ia terlahir kembali sebagai seekor babi betina.” Mengapa bisa terjadi hal demikian? Bagaimana cara melepaskan diri dari lingkaran kehidupan yang bisa menjadi tiada akhir ini menurut Buddha?Di kelas ini Ashin Kheminda menjelaskan makna kata demi kata stanza 334-343 dari Kelompok Stanza tentang Nafsu Keinginan (Tanhāvagga) hanya berdasarkan Pāḷi dan kitab komentarnya (Aṭṭhakathā).