DiscoverBelajar Jadi Manusia
Belajar Jadi Manusia
Claim Ownership

Belajar Jadi Manusia

Author: Panji Sakti

Subscribed: 2Played: 37
Share

Description

Saya mendedikasikan diri saya pada panggung-panggung kecil dan intim, menggemari konser yang mungkin hanya satu-dua orang penontonnya. Lagu yang saya persembahkan biasanya bernuansa minimalis, karena seringnya tampil dengan gitar dan vokal saja, tema religi mewarnai lirik-lirik yang saya bawakan. Selain menulis sendiri pun saya kerap memusikalisasi puisi (#mupus) karya beberapa sahabat penyair.

Kali ini saya akan membahas beberapa lagu saya, biar mudah aja sih ... 🤭🤣. Selamat menikmati.
21 Episodes
Reverse
Lagu ini saya dedikasikan untuk para pejalan. Lagu ini termasuk yang cepat nulis liriknya, lebih cepat dari lagu "Dia Danau" ... semoga bisa memberi sebaik-baik manfaat.
(Semacam) hikmah dari sepenggal lirik pada bagian akhir lagu yang paling saya sukai.
Saya kenal cuman lewat tv, belom pernah ketemu. Suka banget suaranya, saya vote beliau waktu masih jaman-jaman berkompetisi di X Factor, suka juga komposisi musiknya. Bikin hatiku porak-porandaaaa!! 🤣🤣🤣
Ary Klangit (@aryklangit) dan Zizi Kirana (@zizi_kirana) mengaku sempet emosionil waktu latihan dan rekaman.
Versi yang sering saya ulang-ulang kalo lagi sendirian 🤭
Demo-tape pertama dibantuin Adit (@aditto28), ini termasuk yang paling banyak disukai karena minimalis, bikin lirik jelas dan vokal Adit kerasa banget karakternya.
Desain pertama lagu "Saat Cinta"
Sudah unggah beberapa episode, lupa belum memperkenalkan diri, jadi: Halo, saya Panji!
Halal yok!
Semoga Sang Pemilik Cahaya berkenan meminjami cahaya-Nya, bikin kita bisa belajar membaca diri.
Semoga kita bisa selalu mesra dengan kedua sahabat kita yang selalu bisa menasihati dengan sebaik-baik nasihat itu. Barrakallah.
Sebagian saja yang saya kupas dalam lagu ini, semoga bisa dinikmati sambil nemenin cuci-cuci, cuci hati :) .... please enjoy!
Pembacaan ulasan lagu Malam Ini oleh @utamiisharyani di blog pribadinya:https://ranselsaya.com/2020/03/10/malam-ini-panji-sakti-utami-isharyani/
Berkatalah Abang Jiwa pada Dik Raga 🤩
Saya menafsirkan Noor itu sebagai Nur yang Paling Nur, Nur yang hakiki, Nur yang presisi, Nur yang paling di cari para pejalan, Nur yang paling syahdu, Nur yang paling mantul, Nur yang hanya bisa ditangkap dan dipantulkan oleh dadanya orang-orang salih yang sudi bersusah payah melayani Rabbnya, Nur yang sulit didefinisikan, perlu berdarah-darah mendeskripsikannya, mustahil mengerti jika tidak diperkenankan oleh Sang Pemilik Nur itu sendiri. Nur yang mungkin perlu waktu seumur hidup untuk mengenalinya. Tapi jika Dia Sang Sumber Cahaya berkehendak, tentu Dia dengan suka cita menunjukkan jalan-jalan cahaya itu. Waalahualam.
Berkali jatuh dan terpurukKalau mengeluh malah busukSemakin buruk dan terhinaJika tak ridho mensyukurinyaSaat senangSering lupaManis dan lapang tak semataUntuk membeliYang diinginiHati-hati jangan lupa diriMari belajar matiMati sebelum matiKecilkan api tungkuTaubat jangan ditungguPasrahlah pelita-NyaMenembus tabir kacaBekal untuk membacaIsyarat bayangan-NyaBelajar jadi hambaHamba yang paling hamba
Lirik & Lagu: @panji_saktiAda yang sedang seperti menyendiri/tapi nyatanya dia tidak sendiri/dia sedang asyik bercengkrama/dengan semesta yang membuatnya/menjadi tiada/Duduknya menghamba/Duduk dalam danau air mata/Ingin rasanya aku tenggelam bersamanya/mensyukuri luka perjalanan cinta/meski akhir cerita tak seperti doa dan rencana/sungguh dia tak pernah menjadi kecewa/Hidupnya menghamba/Menghamba hanya pada Allah saja//
Composed by Panji Sakti//Bagaimana bisa bosan pada-Mu/Jika qadar-Mu indah melulu/Bagaimana ku bisa membenci-Mu/Kau gugurkan cintaku satu per satu/Bagaimana ku tidak mencintai-Mu/Jika Kau bangunkan ruang untukku/Malu-malu menghiba pada-Mu/Ragu-ragu, Engkau tahu itu/Namun selalu Engkau tunggu aku/Meski dengan tangis kepalsuanku/Betapa aku rindu hancur karena-Mu/Seperti yang Kau mau/Bukan yang aku mampu/Bagaimana bisa aku/ Melepas tali rindu-Mu/yang Kau julurkan khas untuk aku/Bagaimana bisa/Bagaimana ku bisa merindu-Mu/Jika Kau tak buat begitu//
Composed by Panji Sakti//Jiwaku sekuntum bunga kemboja,Dihempas angin,Didera hujan,Disengat matahari,Dicekam cerita,Dan aku kan mengingatnya,Sebagai cinta yang memahami,Bagaimanapun akhir cerita kita,Sekuntum jiwa yang tak henti,Menyerukan rindu,Pada Dia,Pemilik Semesta.
Dia (penulis) meluahkan hasratnya untuk selalu bersama Sang Guru agar bisa terus belajar pada mata air ilmu. Penulis puisi Sang Guru menyatakan dirinya telah siap, dan saat murid sudah siap, maka guru akan menghadirkan dirinya untuk memberi pengajaran.Semoga sahabat-sahabat bisa lekas-lekas bersiap, atau jika sudah punya guru semoga tetap bisa merendahkan hati, merendahkan diri, melapangkan dada, karena ilmu yang akan dicecap adalah bekal agar kita nggak gugup dan cemas saat bertemu dengan Sang Khalik. Hehehe .... Itu tafsiran dan bahasa saya aja, selamat menikmati.
loading
Comments (1)

Panji Sakti

post kali pertama ;)

May 17th
Reply