DiscoverCeletuk Bahasa Tempo
Celetuk Bahasa Tempo
Claim Ownership

Celetuk Bahasa Tempo

Author: Podcast Tempo

Subscribed: 3Played: 70
Share

Description

Celetuk Bahasa Tempo bersama Uu Suhardi adalah siniar mingguan yang membahas apa pun seputar bahasa Indonesia. Siniar atau podcast ini akan membawa kamu untuk merenungi kembali, “Apakah kita benar-benar sudah memahami bahasa Indonesia?”
- - - - -
Bagian dari Tempo Media Group
Kritik dan saran: podcast@tempo.co.id
96 Episodes
Reverse
Mencermati Kelas Kata

Mencermati Kelas Kata

2023-01-2710:08

Mencermati kelas kata—khususnya kata benda, kata kerja, dan kata sifat—bisa membantu kita menyusun kalimat yang logis. “Gubernur sedang emosi” dan “Korban masih trauma” adalah contoh kalimat yang keliru mengidentifikasi kelas kata. - - - **Kunjungi s.id/tempo99 untuk berlangganan Tempo Digital Premium hanya Rp 99 ribu setahun! **Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co
Suara dan Bunyi

Suara dan Bunyi

2023-01-2005:33

Suara dan bunyi adalah dua kata yang bersinonim. Namun, dalam konteks tertentu, keduanya tak bisa dipertukarkan. “Suara penyanyi” tak bisa diganti menjadi “bunyi penyanyi”. Sedangkan “bunyi-bunyian” tak dapat diganti dengan “suara-suaraan”. --- **Kunjungi s.id/tempo99 untuk langganan Tempo Digital Premium hanya Rp 99 ribu setahun! **Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co.
Ada masanya istilah “bintang film” lazim digunakan--bintang film Hong Kong, bintang film India, bintang film Barat, dan sebagainya. Kini “bintang film” jarang digunakan. Istilah yang sering dipakai adalah “artis” dan “selebritas”, juga “idol”. Orang yang tidak bermain film atau sinetron pun bisa disebut “artis” atau “selebritas”. --- **Kunjungi s.id/tempo99 untuk langganan Tempo Digital Premium hanya Rp 99 ribu selama 12 bulan! **Sajian dalam episode ini sebagian besar dipetik dari tulisan Zen Hae berjudul “Artis dari Hong Kong” di majalah Tempo edisi 13 Februari 2017. **Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co.
Obral Singkatan

Obral Singkatan

2023-01-0607:01

Orang Indonesia, terutama pemerintah, sangat gemar memproduksi singkatan. Dari nama kegiatan, nama organisasi, hingga nama kementerian punya singkatan. Saking banyaknya, tak jarang kita temukan singkatan kembar—satu singkatan memiliki banyak kepanjangan. Misalnya KKN (kuliah kerja nyata; korupsi, kolusi, dan nepotisme), TPS (tempat pemungutan suara; tempat pembuangan sampah), dan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa; pajak bumi dan bangunan; Partai Bulan Bintang). --- Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co. Kritik dan saran: podcast@tempo.co.id
Coba tengok penggunaan bahasa Indonesia di media sosial. Kita bisa dengan mudah menemukan kata nonbaku, termasuk banjirnya istilah gaul, serta susunan kalimat yang serampangan. Apakah hadir dan berkembangnya media sosial menjadi racun bagi bahasa Indonesia? --- Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co. Kritik dan saran: podcast@tempo.co.id
“Masyarakat Indonesia mungkin akan memaafkan kesalahan Pak Harto, tapi tidak melupakannya.” Memaafkan tak selamanya berarti melupakan. Namun melupakan sebenarnya secara diam-diam memaafkan. Memaafkan dan melupakan bertemu sebagai tindakan yang sama-sama mengajari kita menjadi penipu—membohongi diri sendiri, mengingkari sejarah, dan yang paling parah: tak bermoral. --- **Sajian dalam episode ini sebagian besar dipetik dari tulisan Putu Wijaya berjudul “Misteri Maaf dan Lupa” di majalah Tempo edisi 24 Februari 2008. **Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co.
Kata depan “dari” dan “kepada” memiliki fungsi yang berbeda. Namun kita bisa menjumpai kalimat semacam ini: “Mereka menuntut pertanggungjawaban dari kementerian” dan “Mereka menuntut pertanggungjawaban kepada kementerian”. Lantas kalimat mana yang tepat? --- Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co. Kritik dan saran: podcast@tempo.co.id
Apotik (apotek), trek (truk), dan bis (bus) adalah contoh pelafalan kata yang lazim kita dengar, bahkan kita gunakan, dalam percakapan sehari-hari. Banyak orang yang mungkin sudah tahu bahwa pelafalan kata itu tidak sesuai dengan penulisannya di KBBI, tapi masih sering melakukannya. --- Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co. Kritik dan saran: podcast@tempo.co.id
Nama yang Islami

Nama yang Islami

2022-12-0207:26

Seperti apakah nama islami dan bagaimana nama Indonesia? Penduduk Indonesia amat kreatif dalam memberikan nama untuk anak-anaknya. Tak ada rumusan baku yang berlaku. Di sini, nama “Umar” yang dianggap islami justru dipakai penganut Kristen di Timur Tengah. Lalu, banyak orang bernama “Wisnu” yang beragama Islam. Ada pula yang memakai gelar bangsawan Turki, “Efendi”, sebagai nama. Dan ada nama yang jadi nama belakang di negara lain malah jadi nama depan di Indonesia. --- **Sajian dalam episode ini sebagian besar dipetik dari tulisan Qaris Tajudin berjudul “Arti Sebuah Nama” di majalah Tempo edisi 9 April 2017. **Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co. **Saran dan kritik: podcast@tempo.co.id atau IG podcast.tempo
Kata Keliru yang Lazim

Kata Keliru yang Lazim

2022-11-2506:43

Sampai saat ini, masih banyak yang keliru menggunakan kata seperti “acuh”, “absen”, “nuansa”, dan “bergeming”. Kekeliruan itu terus berulang menjadi kelaziman hingga dianggap benar. Apa yang bisa kita lakukan agar salah kaprah tersebut tidak berlanjut? --- Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co. Kritik dan saran: podcast@tempo.co.id
Pedagang Kaki Lima

Pedagang Kaki Lima

2022-11-1806:18

Mengapa pedagang yang menggunakan gerobak dan berjualan di pinggir jalan disebut “pedagang kaki lima”? --- Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co. Kritik dan saran: podcast@tempo.co.id
Mati Syahid

Mati Syahid

2022-11-1107:11

Pahlawan itu syahadah atau martir?   Kata “syahid” berasal dari bahasa Arab  dan “martir” berasal dari bahasa Inggris. Keduanya sering dianggap bermakna sama. Padahal kedua kata itu memiliki makna yang tidak hanya berbeda, tapi juga bertentangan. --- **Sajian dalam episode ini sebagian besar dipetik dari tulisan Husein Ja’far Al-Hadar berjudul “Pahlawan: Syahadah atau Martir?” di majalah Tempo edisi 2 Desember 2013. **Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co. **Saran dan kritik: podcast@tempo.co.id atau IG podcast.tempo
Restoran Drive-thru

Restoran Drive-thru

2022-11-0408:19

Istilah drive-thru atau istilah asing lain belum tentu dipahami semua orang. Tapi terkadang padanan istilah asing dalam bahasa Indonesia juga kurang akrab di telinga kita. Alhasil, istilah atau kata asing tetap populer digunakan. --- Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co. Kritik dan saran: podcast@tempo.co.id
Surat Lamaran Kerja

Surat Lamaran Kerja

2022-10-2807:52

Secara garis besar, ada tiga jenis surat, yaitu surat pribadi, surat niaga, dan surat resmi. Surat lamaran kerja adalah contoh surat resmi. Bahasa yang digunakan harus bahasa yang resmi atau formal.  Artinya, tata bahasa dan kosakatanya mesti baku. Format penulisannya pun harus baku. Bahasa dan format yang baku ini membuat surat lamaran kerja mudah dipahami dan tidak menimbulkan interpretasi ganda. --- Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co. Kritik dan saran: podcast@tempo.co.id
Bahasa Pemersatu

Bahasa Pemersatu

2022-10-2106:22

Sumpah Pemuda 1928 menjadi perhelatan yang membuahkan rumusan awal bahasa pemersatu, yang berbasiskan bahasa Melayu. Tanpa bahasa pemersatu ini, tidak bisa dibayangkan bagaimana cita-cita pembentukan sebuah bangsa akan diwujudkan dalam masyarakat Nusantara yang heterogen, yang terdiri atas ribuan bahasa etnis. Lantas, mengapa dipilih bahasa Melayu? --- **Sajian dalam episode ini sebagian besar dipetik dari tulisan Agung Yuswanto berjudul “Lingua Franca” di majalah Tempo edisi 16 Mei 2010. **Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co.
Bahasa Pejabat

Bahasa Pejabat

2022-10-1406:26

Pejabat kita masih gemar menggunakan eufemisme atau penghalusan kata dalam mengumumkan kebijakan. Pemerintah, misalnya, memilih menyebut “penyesuaian harga BBM” alih-alih “kenaikan harga BBM”, “keluarga prasejahtera” alih-alih “keluarga miskin”, “relokasi PKL” alih-alih “penggusuran PKL”, dan “ganti untung” alih-alih “ganti rugi”. Eufemisme semacam ini bisa membingungkan dan mengaburkan makna sebenarnya. --- Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co. Kritik dan saran: podcast@tempo.co.id
Media Clickbait

Media Clickbait

2022-10-0706:44

Clickbait atau umpan klik di media online (daring) menjadi salah satu strategi jurnalis agar pembaca tertarik mengunjungi situs atau portal beritanya dan membaca artikelnya. Namun sering kita menemukan berita dengan judul clickbait yang menyimpang dari kaidah atau menyelipkan kata yang bersifat subyektif: miris, cantik, bikin geleng-geleng, dan sebagainya. Bahkan tak jarang judul berita itu tak sesuai dengan isinya. --- Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co. Kritik dan saran: podcast@tempo.co.id
Lewat politik bahasa, Orde Baru—dalam kasus G-30-S—telah mengondisikan kata “dalang”, “arsitek”, dan “otak”, yang sebelumnya bermakna netral, menjadi kata-kata yang dimaknai secara negatif, kejam, brutal, bengis, dan tak berperikemanusiaan. --- **Sajian dalam episode ini sebagian besar dipetik dari tulisan Triyanto Triwikromo berjudul “Dalang, Arsitek, Auktor” di majalah Tempo edisi 7 Oktober 2019. **Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co.
Apa hari pertama dalam seminggu? Senin atau Minggu? Lalu, tahukah Anda bahwa pukul dua dini hari masih termasuk malam? --- Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co. Kritik dan saran: podcast@tempo.co.id
Budak, Butuh, Seronok

Budak, Butuh, Seronok

2022-09-1606:04

Kata yang bermakna positif di Malaysia belum tentu bermakna positif di Indonesia. Begitu pula sebaliknya. Cermati saja kata “budak”, “butuh”, “perangsang”, dan “seronok” ini. --- **Sajian dalam episode ini sebagian besar dipetik dari tulisan Ekky Imanjaya berjudul “Manipulasi Makna” di majalah Tempo edisi 7  Februari  2010. **Kolom-kolom mengenai bahasa Indonesia bisa dibaca di rubrik Bahasa majalah.tempo.co
loading
Comments 
Download from Google Play
Download from App Store