DiscoverGibeon Church Surabaya
Gibeon Church Surabaya
Claim Ownership

Gibeon Church Surabaya

Author: Gibeon Church Surabaya

Subscribed: 3Played: 6
Share

Description

Gibeon Church Sermon Series
265 Episodes
Reverse
JARI SI PERAGU - (Keraguan Tomas, Kesetiaan Kristus) 'Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ”Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.”' Yohanes 20:27 TB Ketika jari si peragu itu ditaruh di tangan dan lambung Yesus, hidupnya berubah. Kita sering mendengar bahwa janganlah seperti Tomas si peragu, yang meragukan kebangkitan Kristus dan menuntut tanda. Dan hal ini ditambah dengan Firman Tuhan di ayat 29 dalam Yohanes 20 yang berkata: “Berbahagilah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” Padahal jika boleh jujur, berapa sering kita meragukan Tuhan, mempertanyakan sesuatu di dalam hidup kita dan seakan heran kenapa hal ini bisa terjadi di dalam hidup kita sebagai orang Kristen. Apakah Tomas benar-benar tidak percaya? Apa yang melatarbelakangi Tomas, sehingga ia menuntut tanda? Apakah hari ini pun kita ada dalam posisi yang sama? Lalu apakah respon Tuhan Yesus ketika tahu sikap Tomas akan kebangkitanNya? Dan apa yang bisa kita pelajari ketika kita juga sedang alami keraguan yang sama?
Teks: Markus 9:14-20 Hidup mengikut Yesus adalah sebuah perjalanan dari satu langkah iman kepada langkah iman selanjutnya. Iman yang sering bercampur dengan keraguan dan kerapuhan, sulit untuk terus percaya karena betapa berat beban yang menekan. Justru di saat itu datanglah kepada Yesus, Sang Pencipta dan Penyempurna Iman, berserulah “Tolong aku yang tidak percaya ini !”. Sambil mengacungkan tangan, katakan, “O Juruselamat, pegang tanganku!”. Percayalah tangan-Nya yang sudah terpaku di kayu salib untuk menyelamatkanmu, akan menggandeng erat tanganmu selamanya. Perjalanan iman itu ternyata adalah sebuah seni bergandengan tangan dengan Yesus.
Saat ini, tidak sedikit orang mengalami kekecewaan dalam hidupnya. Termasuk juga kecewa pada Tuhan. Apa yang selama ini ia pikirkan tentang Tuhan rupanya berbeda dengan Tuhan itu sendiri. Ini kemudian berlanjut pada munculnya keraguan, relasi jadi renggang dan pemberontakan terbuka. Jika ini dibiarkan makin surut dan suntuklah hidup ini karena tekanan dan penderitaan batin bisa makin merajalela. Memang patut diakui hidup bisa kelihatan buram, nah apa yang perlu kita lakukan untuk membebaskan kita dari tipu muslihat Iblis, hasutan dunia dan tarikan nafsu yang menghanguskan. Mari buat 1 langkah iman yang berani! Tinggalkan kedangkalan dan masuklah pada kedalaman firmanNya!
Seri ini dimulai dengan kisah keraguan iman dari Yohanes Pembaptis dimana dia bukanlah tokoh sembarangan. Bahkan, Yesus memuji dia sebagai yang terbesar dibandingkan semua orang yang dilahirkan sebelumnya. Akan tetapi, dalam kisah ini Yohanes pun dilanda keraguan iman yang berat terhadap Yesus sampai dia mempertanyakan apakah Yesus adalah Sang Mesias yang sejati. Di satu sisi, kisah ini melegakan kita karena bila orang percaya sekaliber Yohanes bisa mengalami keraguan iman. Secara paradoksikal, keraguan iman merupakan tanda dari keseriusan kita mengikuti, mengasihi, dan mempercayai Allah. Keraguan iman bukanlah musuh iman. Keraguan iman adalah bagian dari dinamika iman yang menggeliat untuk bertumbuh dan dapat dipakai Allah sebagai sarana untuk mendewasakan iman kita. Bagaimana bisa Yohanes yang awalnya begitu meyakini Yesus sebagai Sang Mesias bisa mengalami episode keraguan iman? Apakah karena penderitaan Yohanes dalam penjara yang menyebabkan keraguan imannya? Bagaimana Firman Tuhan menyingkapkan penyebab sebenarnya dari keraguan iman Yohanes dan dan bagaimana mengantisipasi serta mengatasi keraguan iman yang serupa dalam diri kita?
Kita akan membahas lanjutan dari minggu lalu yaitu eksposisi kitab Roma pasal 10 yang adalah kebalikan dari sisi Roma pasal 9. Fokus dari Roma 9 adalah pada kedaulatan Allah dalam Anugerah-Nya untuk menyelamatkan kita. Sedangkan Fokus dari Roma pasal 10 adalah pada tanggung jawab manusia di dalam Injil. . Nah Apa yang menjadi tanggung jawab kita? Bagaimana kebenaran Injil ini berpengaruh dalam hidup kita sehari-hari?
Minggu ini kita akan membahas eksposisi kitab Roma pasal 10 yang adalah kebalikan dari sisi Roma pasal 9. Fokus dari Roma 9 adalah pada kedaulatan Allah dalam Anugerah-Nya untuk menyelamatkan kita. Sedangkan Fokus dari Roma pasal 10 adalah pada mekanisme peranan kita di dalamnya. . Yang menarik, Alkitab menjelaskan bahwa kedaulatan Tuhan dan tanggung jawab manusia dipresentasikan sebagai paradoks—yang artinya, di permukaan, sesuatu mungkin bisa tampak kontradiktif, tetapi kenyataannya sama sekali tidak. Nah Apa yang menjadi tanggung jawab kita? Bagaimana kebenaran Injil ini berpengaruh dalam hidup kita sehari-hari?
Ada banyak perdebatan teologis yang terjadi terutama di pasal 9 dari kitab Roma. Minggu ini kita tidak akan membahas hal-hal yang diperdebatkan, tetapi lebih berfokus kepada hal-hal yang disepakati yaitu pesan utama yang terkandung dalam Roma 9 yang adalah tentang KEDAULATAN ANUGERAH TUHAN. . Seperti yang di jelaskan di minggu-minggu sebelumnya ada dua jenis orang Kristen di Roma: orang Kristen Yahudi dan orang Kristen non-Yahudi. Orang-orang Kristen Yahudi menganggap diri mereka lebih tinggi karena mereka memiliki Hukum, janji, perjanjian, dan garis keturunan manusia Kristus. Orang-orang Kristen non-Yahudi menganggap diri mereka lebih unggul karena sebagian besar orang Yahudi menolak Kristus dan sebagian besar orang percaya di Roma adalah orang-orang bukan Yahudi. . Paulus menulis untuk mengatasi perpecahan ini dengan berbicara tentang bagaimana Allah menyelesaikan kehendak-Nya yang berdaulat baik melalui orang Yahudi maupun bukan Yahudi. . Lantas apa implikasi dari kebenaran ini terhadapi iman kita dan bagi kita yang saat ini sedang menghadapi pergumulan hidup di masa pandemi ini? Apa aplikasi Injil-Nya?
Kata "Percaya Diri" kerap kali digunakan dan dikaitkan dengan kunci motivasi utk keberhasilan, tetapi taukah kita bahwa percaya diri bukanlah konsep yang alkitbiah karena problem manusia yang terbesar sebenarnya bukan ada di luar dirinya tetapi adalah dirinya sendiri yang berdosa. Lantas bagaimana yang benar? Minggu ini kita akan meneruskan eksposisi kitab Roma pasal 3. Orang Kristen pada umumnya tahu bahwa kita diselamatkan karena Kasih Karunia Oleh Iman tetapi pertanyaannya, bagaimana mekanismenya? Apakah kita kembali kepada kepercayaan pada kemampuan kita dalam hidup kita sehari-hari? Bagaimana saat kita gagal dalam kekudusan kita? Bagaimana saat kita berhasil? Apa yang ada di benak kita? Bagaimana kacamata Injilnya? untuk terus mengkalibrasi hati kita sehingga kita bisa hidup dalam "Rest" tetapi tidak malas, hidup tidak kuatir tetapi tidak pasif, Kerja Keras tapi bukan karena ambisi yang fana?
Mengapa Orang yang bermoral dan kelihatan baik belum tentu selamat? Karena moralitas tidak bisa mencegah hati manusia untuk berdosa. Agama dan daftar peraturan-peraturannya tidak memiliki kekuatan dan jawaban untuk menghilangkan kecenderungan hati yang serakah, sombong, iri, egois dan penuh dengan hawa nafsu. Malah sebaliknya moralitas dan keagamawian membuahkan kemunafikan dan kesombongan rohani yang sebenarnya adalah penghujatan (Blasphemy) terhadap Allah yang maha Kudus dan tak bercela. Episode kali ini kita akan melihat Roma 2:17-29 di mana Rasul Paulus menegur pola pikir orang Yahudi bahwa bukanlah praktek lahiriah atau yang terlihat orang yang menyelamatkan seseorang & menempatkan mereka pada posisi yang benar di hadapan Tuhan, tetapi ini adalah masalah hati yang diubah oleh Roh Kudus. Bagaimana kebenaran Injilnya?
Dalam perikop ini, Paulus sedang berbicara kepada dua kelompok orang — orang bukan Yahudi dan orang Yahudi. Yang pertama adalah sekelompok orang berdosa yang terang-terangan terus melakukan kejahatan bahkan ketika mereka tahu perintah Tuhan. Yang kedua adalah sekelompok orang Yahudi yang merasa benar sendiri yang menghakimi orang lain yang berbuat dosa, namun mereka sendiri sebenarnya diam-diam melakukan hal yang sama. Kedua kelompok ini juga bisa ditemukan di dalam kehidupan zaman modern dan banyak dari mereka berpikir bahwa mereka bisa lolos dari penghakiman Tuhan. Kebenarannya adalah tidak ada yang bisa lolos dari penghakiman Tuhan. Tetapi Meskipun demikian, melalui Injil, Allah memberikan kebenaran melalui Kasih Karunia Kristus kepada mereka yang percaya kepada-Nya. Apa artinya ketika kita mengatakan bahwa Tuhan adalah hakim? Bagaimana implikasinya saat kita mengetahui bahwa kita tidak dapat lolos dari penghakiman Tuhan yang maha adil dan bagaimana aplikasi kebenaran Injilnya bagi kita yang percaya kepada-Nya?
Tema - tema penginjilan gereja modern yang kontemporer dengan sengaja menghindari tema MURKA ALLAH. Kita selalu berbicara tentang KASIH Tuhan, dan kita membicarakan hidup yang penuh kebahagiaan, damai sejahtera dan menyampaikan message mengenai hidup yang berkelimpahan, dan tentang pengampunan atau hidup yang penuh sukacita. Gereja dan kebanyakan pendeta mengkotbahkannya dan menawarkan semua hal itu, tapi jujur kita para hamba Tuhan sangat jarang berbicara tentang penghakiman Tuhan, murka Tuhan. Tahukah anda bahwa Pesan Injil dimulai dengan pernyataan tentang murka Allah. . Mengapa Rasul Pulus memulainya dengan pernyataan Murka Allah? Bagaimana ini semua berkaitan dengan hidup kita saat ini?
Banyak orang berpikir bahwa Injil adalah kotbah yg di kotbahkan waktu KKR2 saja, atau banyak juga yang berpikir Injil adalah hal yang perlu di ketahui sebagai langkah awal saja untuk seseorang diselamatkan, sehingga setelah dia diselamatkan maka, sekarang sudah waktunya untuk orang itu belajar hal-hal lain yang ada di Alkitab. Pendeknya kita berpikir INJIL or THE GOSPEL adalah ABC dari kekristenan (permulaan saja) kemudian ada hal-hal yang lain yaitu DEFGHIJKLMNOP dst yang menjadi inti dan esensi Kekristenan. Apakah begitu? Bagaimana kebenarannya? Temukan jawabannya minggu ini, kita akan meneruskan eksposisi kitab Roma bersama dengan Rev. Michael Chrisdion di dalam kotbah berseri "The Gospel -
Banyak orang Kristen berpikir mereka mengerti apa itu injil. Tetapi pada kenyataan yang saya temui, ada banyak kebingungan dan kerancuan pemahaman kebanyakan orang tentang Injil, Injil itu bukan semata-mata kitabnya, Injil bukan hanya awal dari ajaran kekristenan kemudian kita beralih kepada ajaran-ajaran lain yang lebih dalam, Injil juga bukan hanya konsep dan doktrin dasar belaka. Lalu apakah esensi Injil? What is the Gospel
.
.
.
.
.
.
.
loading
Comments 
loading