DiscoverRodinalkhair
Rodinalkhair

Rodinalkhair

Author: Rodinalkhair

Subscribed: 4Played: 8
Share

Description

Podcast ini hadir untuk menyajikan filsafat untuk semua tongkrongan. Maka, jargon "Filsafat untuk Semua", adalah cara untuk menyebarluaskan pengetahuan filsafat secara sistematis, historis, kontekstual, dan yang terpenting adalah inklusif.
Update info kelas filsafat di IG: @odysseyfilsafat @collectiveacademia
Tersedia di Spotify, Noice, Apple Podcast, Google Podcast, POGO FM dst.
Selamat menikmati!
147 Episodes
Reverse
Episode ini adalah kelanjutan episode sebelumnya yang membagikan tentang kejenuhan memfilsafatkan Tuhan
Episode ini merujuk pada artikel John Caputo (Caputo, John. 2002. Good will and the hermeneutics of friendship: Gadamer and Derrida. Philosophy & Social Criticism, 28 (5). pp. 512-522)
Serial Filsafat Bahasa. Materi yang saya sampaikan dalam serial ini adalah materi yang saya pakai untuk kelas Filsafat Bahasa di Fakultas Filsafat UGM. Rujukannya adalah buku Mitchel Green (The Philosophy of Language) dan book chapter yang diedit oleh Justin Khol dan Rachel Katharine Sterken (The Routledge Handbook of Socialdan Political Philosophy of Language)
Serial Filsafat Bahasa. Materi yang saya sampaikan dalam serial ini adalah materi yang saya pakai untuk kelas Filsafat Bahasa di Fakultas Filsafat UGM. Rujukannya adalah buku Mitchel Green (The Philosophy of Language) dan book chapter yang diedit oleh Justin Khol dan Rachel Katharine Sterken (The Routledge Handbook of Socialdan Political Philosophy of Language)
Episode perdana serial Filsafat Bahasa. Materi yangs aya sampaikan dalam serial ini adalah materi yang saya pakai untuk kelas Filsafat Bahasa di Fakultas Filsafat UGM. Rujukannya adalah buku Mitchel Green (The Philosophy of Language) dan book chapter yang diedit oleh Justin Khol dan Rachel Katharine Sterken (The Routledge Handbook of Socialdan Political Philosophy of Language)
This episode is a recording of an online class discussing Kevin Schilbrack’s book “Philosophy and the Study of Religions: A Manifesto”, as well as an open dialogue with Kevin. The class was organized by the Übermensch Philosophy Community on Tuesday, September 16, 2025.
Episode ini adalah rekaman zoom debat terbuka di Übermensch Filsafat pada Jumat 22 Agustus 2025.Perdebatan ini melibatkan Saya sendiri, Muhsin Labib, Apriyadi, dan Kiki Siahaan.
Rekaman kelas metode penelitian filsafat BKM Panta rhei Fakultas Filsafat UGM, Rabu 6 Agustus 2025
Episode ini adalah testimoni pribadi, terbuka untuk kritik.
Episode ini adalah rekaman kelas Hermeneutika di Fakultas Filsafat UGM dengan topik "Hermeneutika Filosofis Han-Georg Gadamer". Di episode ini, kelas diampu oleh Dr. M. Rodinal Khair Khasri (Dosen Hermeneutika Fakultas Filsafat UGM)
Penyakit umum orang yang belajar filsafat adalah “kesoktahuan” yang malah bertolakbelakang dengan esensi filsafat sebagai disiplin yang melatih kita untuk menjadi bijak baik dalam berpikir maupun bertindak. Di episode ini, ditemani Yandi kita mengupas secara mendalam tentang pengalamannya mengawinkan filsafat dengan ilmu lain, dan bahasan seputar relevansi filsafat dengan perkembangan sains modern
Di episode ini, kita ditemani Bung Angga founder Ruang Filsafat dan LSF Odyssey. Topik obrolan kali ini adalah isu relasi antar skena filsafat di Indonesia. Di dalam ekosistem filsafat di Indonesia, ada tiga skena besar yaitu kampus, komunitas, dan konten kreator. Sekarang, orang lebih mudah belajar filsafat, rebahan, nonton youtube, dan pantengin konten filsafat di IG yang "quotable." Namun, antar ketiga skena tersebut tidak selalu terjalin suatu hubungan yang harmonis. Belakangan ini, jurang pemisah antara filsuf kampus dan filsuf sosial media semakin jauh. (ini adalah hipotesa menarik untuk dikaji kembali). Yang bergerak mengkaji filsafat di kampus asik dengan dunianya sendiri, sementara para selebriti sosial media semakin dikultuskan oleh para pengikutnya. Lalu di mana peran komunitas? Komunitas seringkali menjadi pelarian akadimisi filsafat untuk mencurahkan isi kepala dan nafsu filsafatnya yang tidak terakomodir di kampus. Maka dapat dikatakan skena kampus dan komunitas adalah dua sejoli yang sudah lama menjadin hubungan romansa. Seharusnya, wacana kefilsafatan bergulir secara sinergis di dalam ketiga skena tersebut. Simak selengkapnya di episode ini!
Episode ini berusaha menyoal ulang tawaran stoikisme dengan pendekatan kritis. Source: https://www.julianbaggini.com/why-you-shouldnt-be-a-stoic/Hak cipta backsong: Youtube Channel Lofi Girl “Afternoon Jazz [jazz lofi]”
Harman, Graham (2011). The Quadruple Object. Zero Books.The Quadruple Object adalah karya monumental Graham Harman yang juga merupakan salah satu karya utama dalam tradisi Object-Oriented Ontology (OOO), yang menawarkan pendekatan baru dalam memahami hubungan antara objek dan realitas. Dalam buku ini, Harman memperkenalkan model empat dimensi objek yang menjadi inti dari pandangannya: real object, sensual object, real qualities, dan sensual qualities. Dengan menggunakan model ini, ia menjelaskan bagaimana objek tidak hanya terdiri dari apa yang tampak di permukaan, tetapi juga memiliki esensi tersembunyi yang tidak sepenuhnya dapat diakses oleh manusia atau objek lain.Harman mengembangkan ide bahwa setiap objek memiliki realitas independen yang tidak bisa direduksi ke hubungan atau persepsi manusia. Ia berargumen bahwa objek memiliki lapisan-lapisan eksistensi yang kompleks, di mana hubungan antar objek—baik melalui interaksi fisik maupun persepsi—hanya mampu menangkap sebagian dari realitasnya. Dengan kerangka ini, Harman memberikan pandangan yang berbeda dari tradisi filsafat sebelumnya, seperti materialisme reduktif atau idealisme yang terlalu berpusat pada manusia.Buku ini menjadi fondasi penting dalam OOO karena tidak hanya memberikan teori baru tentang objek, tetapi juga memperluas penerapannya ke berbagai bidang, termasuk seni, ekologi, dan teori budaya. Harman memadukan filsafat klasik dengan eksplorasi yang spekulatif, sehingga membuka jalan untuk memahami dunia sebagai jaringan entitas yang saling terkait tetapi tetap memiliki keunikan masing-masing. The Quadruple Object menjadi teks penting bagi siapa saja yang tertarik pada spekulasi filosofis tentang realitas di luar perspektif manusia.Hak cipta backsong: Youtube Channel Lofi Girl “Afternoon Jazz [jazz lofi]”
Harman, Graham (2011). The Quadruple Object. Zero Books.The Quadruple Object adalah karya monumental Graham Harman yang juga merupakan salah satu karya utama dalam tradisi Object-Oriented Ontology (OOO), yang menawarkan pendekatan baru dalam memahami hubungan antara objek dan realitas. Dalam buku ini, Harman memperkenalkan model empat dimensi objek yang menjadi inti dari pandangannya: real object, sensual object, real qualities, dan sensual qualities. Dengan menggunakan model ini, ia menjelaskan bagaimana objek tidak hanya terdiri dari apa yang tampak di permukaan, tetapi juga memiliki esensi tersembunyi yang tidak sepenuhnya dapat diakses oleh manusia atau objek lain.Harman mengembangkan ide bahwa setiap objek memiliki realitas independen yang tidak bisa direduksi ke hubungan atau persepsi manusia. Ia berargumen bahwa objek memiliki lapisan-lapisan eksistensi yang kompleks, di mana hubungan antar objek—baik melalui interaksi fisik maupun persepsi—hanya mampu menangkap sebagian dari realitasnya. Dengan kerangka ini, Harman memberikan pandangan yang berbeda dari tradisi filsafat sebelumnya, seperti materialisme reduktif atau idealisme yang terlalu berpusat pada manusia.Buku ini menjadi fondasi penting dalam OOO karena tidak hanya memberikan teori baru tentang objek, tetapi juga memperluas penerapannya ke berbagai bidang, termasuk seni, ekologi, dan teori budaya. Harman memadukan filsafat klasik dengan eksplorasi yang spekulatif, sehingga membuka jalan untuk memahami dunia sebagai jaringan entitas yang saling terkait tetapi tetap memiliki keunikan masing-masing. The Quadruple Object menjadi teks penting bagi siapa saja yang tertarik pada spekulasi filosofis tentang realitas di luar perspektif manusia.Hal cipta backsong: Youtube Channel Lofi Girl “Afternoon Jazz [jazz lofi]”
Di episode ini, Bung Cavel (mahasiswa S2 Kajian Amerika UGM) bercerita panjang soal posisi Israel, Indonesia, dan Amerika dalam politik global. Ngaruh gak sih protes orang Indonesia bagi Israel? Simak selengkapnya.
Episode ini ngomongin soal sila pertama sampe di dapur-dapurnya.
Hidup sungguh singkat untuk terlalu diseriusi kawan!Begitulah kiranya jika pertanyaan eksistensial muncul di tengah gemerlapnya nafsu duniawi yang menyambar-nyambar. Petani. Sering dikecilkan, disepelekan, bahkan dilupakan. Namun, terlepas dari itu, keberadaannya menjadi penopang kehidupan adalah hal yang tidak mungkin kita tolak. Kapankah petani bisa benar-benar sejahtera? Jawabannya sederhana. “Kelak, jika anak muda banyak yang bercita-cita menjadi petani, di saat itu pula kejayaan dan kesejahteraan petani benar-benar nyata”.Simak obrolan dengan Pak Pur, yang dipandu oleh bung Lutfi. Kisah hidup petani yang polos, jujur, dan bersahaja. Selamat menimkati.#petani #filsafat #podcastfilsafat
Berbicara soal petani dan wacana kesejahteraan sosial adalah ibarat hendak merajut benang dalam kegelapan, dengan lubang jarum yang sangat kecil. Mustahil untuk bertemu? atau secercah harapan masih ada? jika ada, di manakah harapan itu bisa termanifestasikan secara konkrit? Di episode ini, kita dibersamai oleh Pak Pur, seorang petani berdikari dari Kecamatan Ngluwar, Magelang. Host kita kali ini adalah Bung Lutfi. Selamat mendengarkan obrolan asik ini.#filsafat #podcastfilsafat
Bersama bung Mahsur, kita kupas kondisi terkini pendidikan di Pulau Lombok, kondisi umat Islam di Lombok, dan fenomena Wahabi yang semakin menjamur.
loading
Comments