DiscoverPodkalhi
Claim Ownership
Podkalhi
Author: Reshie Fastriadi
Subscribed: 0Played: 6Subscribe
Share
© Reshie Fastriadi
Description
Hai! Gue Reshie, dan ini adalah project iseng-iseng (baca: amatir). Jadi, maaf bila kualitas audio dan ucapan tidak sesuai standar. Gue akan ngomongin banyak hal, termasuk perasaanmu yang masih belum jelas ke mana berlabuh, dan orang tuamu yang ngebet banget nyuruh rabi.
Touch me on Instagram @reshiefastriadi
Touch me on Instagram @reshiefastriadi
91 Episodes
Reverse
Namun aku tetap berdoa. Pun sebelum aku mengirim pesan perihal kepergianmu yang selalu tak bisa kau eja karena kepalamu setebal batu sehingga waktu cuma memberiku luka paling runcing.
Kita cukup sering merayakan Jakarta dengan air mata; perihal gigih perjuangan, adu cepat naik jabatan, sikut-sikutan… atau lebih sering karena perpisahan.
Aku sudah sangat jauh melupakan kisah sedih dari sebuah kepergian yang brengsek, yang terkadang bisa sangat membahayakan kesehatan. Itu sudah berlangsung cukup lama, sampai pada hari ini kau memantiknya lagi.
Apakah kau tahu kapan kegembiraan bisa meletup di dadaku? Ya, itu adalah saat aku tahu kau berhasil mencapai tujuaanmu setelah melewati semesta yang keras.
Gambaran soal kita menjadi tua dan bisa bercengkrama di ruang keluarga, akhirnya dikabulkan Tuhan Yang Maha Esa.
Pada akhirnya kita harus meyakini bahwa kedekatan yang instan tak akan melahirkan hubungan yang panjang.
Maka begitulah; pada akhirnya aku cuma akan jadi pereda. Jadi penenang atau semacam mahluk tak kasat mata yang sampai lebaran monyet pun, muskil jadi pemenang. Di hatimu, tentu saja.
Seringkali, biasanya di jam dua pagi, kamu ingin menyudahi hal-hal yang jadi rutinitasmu.
Ini tentang kita; hubungan penuh goncangan gila yang akhirnya, bisa kita maklumi.
Entah bagaimana semesta mengaturnya, kau dan aku terikat garis interaksi.
Rencana kita itu kadang suka berubah atau dipaksa diubah.
Bagi kita Jogja selalu menyimpan kejutan penuh debar. Kita berusaha menebak ending dari setiap pertemuan.
Aku merasa… harusnya sejak awal aku sadar posisi dan tidak berharap lebih.
Aku tahu ini terdengar klise. Tapi sungguh, aku sedang mendoakanmu dengan serius subuh ini –tentu di saat kebanyakan orang sedang tertidur.
Hai Cegil. Ini aku, lelaki yang entah kenapa selalu kau ragukan keseriusannya.
Maaf, Tuan. Kau diuji dengan kehadiranku.
Kamu yang selalu dipaksa kepala untuk memikirkan banyak hal. Kamu selalu melakukannya karena menurutmu overthinking itu adalah
Kamu itu mudah sekali menangis, dan di saat bersamaan kamu lihai menyembunyikannya.
Akhirnya wajahmu tak lagi membayang dalam perialananku mengitari Jogja kala malam.
Pernahkah kau merenungkan di malam menjelang Senin seperti sekarang, bahwa kau itu rusak. Ada sesuatu dalam dirimu yang membuatmu tak berfungsi dengan baik