Pikiran kembali terngiang menyebut namanya. Memejam, mengenang hari-hari sendu dulu kita. Tangan kembali pinta untuk meminta, nyatanya luka untuk disembuhkan, sudah lama ini sudah lama, butuh berapa lagi waktuku?
Dan kini aku disinggahi nya, sosok pria yang aku sama sekali tidak tau asalnya, perkara terjebak, hebatnya tanpa waktu lama, duniaku seakan terjejal olehnya. Mau aku, kamu bukan dia yang sama meninggalkan pada akhirnya. Semoga, ya.
Perihal rasa " yang tak kunjung baik ", sekuat apa mencoba, melupakan adalah alasan terberat untuk ambisi yang kuat. Pulang bersama adalah rumah kedua. Ajak aku pulang, aku merindu jika temu tak kunjung tiba, sungguh.