Discover
Kampung Berdaya
Kampung Berdaya
Author: jogjabregas.id
Subscribed: 0Played: 0Subscribe
Share
© jogjabregas.id
Description
Halo, perkenalkan kami dari Tim Kampung Berdaya.
Podcast Kampung Berdaya adalah konten yang disediakan oleh jogjabregas.id, sebuah pangkalan informasi berisi informasi-informasi terkurasi seputar cara untuk beradaptasi dengan situasi pandemi di bidang pendidikan serta kesejahteraan, baik di tingkat individu maupun komunitas. Podcast Kampung Berdaya akan berisi obrolan bersama tokoh-tokoh inspiratif dibalik inisiatif-inisiatif baik yang dilakukan selama masa pandemi. Podcast ini dipandu oleh Sonya Teresa dan akan tayang satu kali dalam dua minggu. Selamat mendengarkan!
Podcast Kampung Berdaya adalah konten yang disediakan oleh jogjabregas.id, sebuah pangkalan informasi berisi informasi-informasi terkurasi seputar cara untuk beradaptasi dengan situasi pandemi di bidang pendidikan serta kesejahteraan, baik di tingkat individu maupun komunitas. Podcast Kampung Berdaya akan berisi obrolan bersama tokoh-tokoh inspiratif dibalik inisiatif-inisiatif baik yang dilakukan selama masa pandemi. Podcast ini dipandu oleh Sonya Teresa dan akan tayang satu kali dalam dua minggu. Selamat mendengarkan!
11 Episodes
Reverse
Kancah perfilman boleh dikatakan cukup dikejutkan dengan perubahan kondisi selama pandemi yang membatasi ruang gerak pelakunya. Ide kreatif yang tidak terhenti di masa karantina menemui tantangan ketika tidak dapat direalisasikan di lapangan. Dengan keadaan demikian, pegiat film perlu memutar otak untuk tetap produktif.
Podcast kali ini mengundang Wahyu Agung, sutradara Film Tilik yang sukses ditayangkan melalui kanal youtube pada Agustus silam. Bermula dari ide mengunggah kembali film-film produksinya di internet, tahun ini Wahyu Agung mendapat momentum yang tidak diduga-duga dengan viralnya Film Tilik di media sosial kini. Film Tilik yang rilis tahun 2018 hangat diperbincangkan karena kisah yang diangkat sangat dekat dengan kehidupan sosial sehari-hari masyarakat. Terlebih, sosok Ibu Tejo, tokoh ikonik dalam film ini begitu menarik perhatian.
Selain bercerita tentang ide di balik kisah yang diangkat, Wahyu Agung juga membagi pikirannya mengenai dunia perfilman, khususnya film pendek di masa pandemi ini. Baginya, kesuksesan Tilik sebagai film pendek menjadi bukti bahwa perfilman tidak melulu berpusat di ibukota. Teman-teman di daerah juga bisa berkarya dan mengarusutamakan kultur daerahnya.
Menutup perbincangan, Wahyu Agung menitip pesan harapan bagi anak-anak muda di masa pandemi ini; “jangan sekedar kontemplasi, apalagi kalau hanya atraksi, waktunya berkontribusi”
Selamat mendengarkan! Semoga menginspirasi.
Agaknya kita sudah terbiasa mendengar cerita dilema antara menjaga perputaran ekonomi dan risiko peningkatan risiko penyebaran COVID-19. Mulai dari percakapan sehari-hari hingga skala berita di media-media, dilema ini menjadi bahasan selama pandemi berlangsung. Sektor jasa menghadapi cobaannya sendiri dalam hal ini. Utamanya jika layanan mengharuskan interaksi langsung tatap muka dengan pelanggan.
Podcast kali ini mengundang Hani, pemilik Honey Daily Salon yang berlokasi di Pogung Baru. Tidak dapat dipungkiri, salon disebut menjadi salah satu tempat penyebaran dengan risiko tinggi penyebaran COVID-19. Memahami betul risiko tersebut, Hani memutuskan menutup sementara dari Maret hingga Juni. Adanya gaung ‘new normal’ oleh pemerintah kemudian pelan-pelan mendorong keberanian Hani untuk membuka usahanya. Dengan berbagai pertimbangan, melakukan penyesuaian dengan protokol kesehatan dan inovasi untuk bertahan di kondisi pandemi, salon dibuka kembali di bulan Juli.
Walaupun konsisten untuk membuka salonnya dan bangkit perlahan, rasa was-was tidak lantas hilang. Ketidakpastian dan ancaman risiko tetap menghantui. Namun satu yang Hani percaya, yakni resep ‘saling menjaga.’ Hani dan teman-teman di Honey Daily Salon akan terus berusaha mengutamakan kesehatan dan keselamatan. Melalui media sosial Honey Daily Salon, Hani juga berupaya membangun kesadaran bagi para pelanggan yang hendak datang agar mengutamakan hal sama.
Sembari menunggu badai pandemi ini reda, kita diingatkan pentingnya menguatkan semangat saling menjaga. Adaptasi terhadap kebiasaan baru membutuhkan kerja sama satu sama lain, sesederhana mengingatkan orang-orang terdekat untuk terus berjaga-jaga.
Semoga teman-teman terus dalam keadaan sehat.
Selamat mendengarkan!
Angin sepoi-sepoi berhembus dengan leluasa di ruangan terbuka milik Kabar Baik Eatery. Sambutan hangat dari Ison dan Nuke, pemilik usaha Eatery tersebut semakin menambah kenyamanan saat itu. Di tengah kondisi pandemi yang sangat berdampak pada kelangsungan tempat usaha makanan dan minuman di Jogja, hari itu kami justru mendapat cerita berharga.
Meskipun harus menghadapi kondisi pandemi di masa awal peresmian tempat usahanya, Ison dan Nuke berupaya tetap bangkit dan menjalankan konsep KB Eatery dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Beruntungnya, konsep open space sesuai dengan langkah pencegahan COVID-19 untuk tidak berkumpul di ruangan tertutup. Konsep kolaborasi yang mereka usung juga dapat langsung dipraktikkan. Mereka bertemu banyak orang dengan ide dan semangat yang sama untuk bangkit dan melakukan sesuatu yang berguna.
Berulang kali selama obrolan, Ison dan Nuke menyebut kata ‘blessing’. Sesuatu yang mungkin sulit diucapkan dalam kondisi pandemi ini. Mereka melihat pandemi dengan konsep cokro manggilingan. Bahwa dalam hidup, ada badai dan ada juga musim semi dan waktu munculnya matahari. Ada masa pandemi, akan ada pula masa vaksin ditemukan. Di masa transisi ini, yang perlu dijaga adalah harapan; tetap melakukan sesuatu semampu kita sembari menyesuaikan diri dengan era kebiasaan baru. Semoga podcast kali ini dapat menyebarkan kabar semangat dan harapan melalui Kabar Baik Eatery.
Selamat mendengarkan!
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, suasana di Jogja National Museum siang itu cukup sepi. Pemandangan ini terasa asing karena pameran seni ARTJOG tiap tahun selalu dipenuhi keramaian. Antrian panjang biasanya harus dilalui sebelum para pengunjung bisa menapaki pintu masuk. Hari itu, kami berkesempatan mengobrol dengan Heri Pemad, Direktur ARTJOG, yang menuturkan cerita mengenai pameran seni ARTJOG 2020 yang dilaksanakan di tengah kondisi pandemi dengan berbagai prosedur penyesuaian.
Resilience menjadi tema yang diusung tahun ini, sebagai representasi dari kondisi pandemi yang mengharuskan orang-orang untuk bertahan di tengah ketidakpastian. Menurut penuturan Heri Pemad, laku kesenian dan presentasi pemikiran dari seniman tidak dapat dibendung. Karantina menjadi momen di mana inspirasi hadir dan diperlukan wadah untuk menampung ide-ide tersebut.
Seni sebagai bagian dari kemanusiaan hadir menjadi refleksi dari manusia itu sendiri. ARTJOG Resilience adalah pembuktian bahwa melalui kesenian, manusia dapat berdaya dan saling bertukar daya. Pandemi yang membatasi justru memberikan pencerahan bagi pekerja seni untuk bertutur melalui karyanya. Selain itu, melanjutkan program Artcare, ARTJOG tahun ini juga menggalang dana untuk aksi kemanusiaan selama pandemi.
Mengutip kata-kata Heri Pemad, menyikapi pandemi membutuhkan keberanian kolektif. Seperti tim ARTJOG yang berani memutuskan untuk konsisten ketika keseluruhan tim menyumbangkan nafas harapannya, semoga teman-teman pendengar juga tidak lekas kehilangan asa.
Selamat mendengarkan!
Kolaborasi adalah hal yang tidak asing selama pandemi. Masyarakat tidak lagi dapat mengandalkan dirinya sendiri ketika dampak pandemi mempengaruhi aspek kehidupan secara kompleks. Hal ini setidaknya dipahami betul oleh Desa Panggunghajo, Sewon, Bantul, ketika meluncurkan aplikasi pasardesa.id sebagai solusi bagi isu perekonomian desa di awal pandemi.
Pada podcast Kampung Berdaya jogjabregas.id episode keenam, Sonya berkesempatan mengobrol dengan Bapak Solahudin, salah satu tokoh di balik pasardesa.id. Berdasarkan cerita beliau, upaya menciptakan aplikasi berbasis web mampu menjembatani warga yang memiliki daya beli dengan toko-toko yang memiliki stok barang. Dengan semangat solidaritas untuk saling mengisi kebutuhan satu sama lain, inisiatif ini terbukti bermanfaat bagi perputaran ekonomi desa yang mandek selama pandemi.
Ikuti cerita Desa Panggungharjo, mulai dari cara kerja aplikasi ini, dampaknya bagi UMKM terhimpun hingga tantangan yang ditemui selama prosesnya. Kamu mungkin juga dapat turut berkontribusi dengan bergabung dengan tim yang hingga ini masih dalam proses pengembangan aplikasi!
Selamat mendengarkan!
Waktu berjalan cepat. Tak terasa, kita telah memasuki setengah tahun sejak pandemi COVID-19 melanda Indonesia. Di tengah pandemi yang membawa keresahan dan ketidakpastian, anak muda dengan semangat dan ide-ide kreatifnya menjadi oase yang membangkitkan harapan.
Sore itu, Sonya bertemu dengan Karang Taruna dari Dusun Ringin Putih, Ngaglik, Sleman yang berinisiatif untuk tetap melaksanakan acara-acara menyambut hari kemerdekaan secara online, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Diselingi canda khas anak muda, mereka bercerita tentang awal inisiatif ini bermula. Ide pertama berasal dari asa membangun dusun hijau, semacam membangun kesadaran tentang ketahanan pangan sekaligus memperhatikan lingkungan dan kebersihan ditengah pandemi.
Meskipun tidak bisa melaksanakan acara rutin “Tujuhbelasan” seperti di tahun-tahun sebelumnya, Karang Taruna Ringin Putih berharap acara dan lomba online dapat tetap menjaga antusiasme dan semangat warga dalam menyambut hari Kemerdekaan. Mulai dari semangat Ibu-Ibu PKK dalam mengikuti lomba menanam tanaman pangan hingga ide unik mengadakan lomba TikTok bagi anak-anak remaja.
Ikuti cerita mengenai keseruan lomba-lomba di Dusun Ringin Putih dalam obrolan kami di podcast Kampung Berdaya seri kelima ini. Selamat merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia.
Salam semangat bagi anak-anak muda! Merdeka!
Alunan lagu lawas mengiringi percakapan kami sore itu. Pak Mursidi, Ketua Kelompok Sadar Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran, memulai ceritanya tentang bagaimana pandemi COVID-19 berdampak pada ekonomi di Desa Wisata Nglanggeran. Kawasan wisata ini memang terbilang tertib mengikuti prosedur pemerintah daerah selama pandemi berlangsung. Sejak penutupan sementara yang dilakukan tanggal 23 Maret hingga secara perlahan dibuka dengan mengikuti prosedur uji coba, rangkaian aturan telah mereka terapkan secara patuh.
Podcast seri keempat ini menambah cerita baru dari perjalanan Sonya bertemu teman-teman dengan inisiatif baik. Tidak berbeda jauh dari sebelumnya, cerita dari desa wisata juga menekankan pada pentingnya ide, inovasi dan kreativitas dalam beradaptasi di tengah pandemi. Pak Mursidi dan teman-teman bercerita mengenai strategi khusus yang dilakukan selama pandemi, salah satunya yang sangat menarik adalah menyediakan paket wisata Virtual Tour.
Cerita ini juga kembali memberikan penekanan pada pentingnya solidaritas kolektif. Seperti halnya dapat dirasakan dari kerja bersama warga Desa Wisata Nglanggeran untuk berinovasi demi bertahan dalam situasi sulit selama pandemi.
Selamat mendengarkan! Semoga menginspirasi.
Cuaca yang bersahabat pagi itu menghantarkan Sonya dan tim Kampung Berdaya pada tim Pusat Rehabilitasi YAKKUM di daerah Bausasran. Sonya disambut dengan senyum ramah tiga perempuan, Mbak Vena, seorang community organizer untuk program ketahanan pangan di masa pandemi COVID-19; Mbak Sum, seorang penerima manfaat yang juga merupakan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ); dan Bu Endang, Kader Pendamping Kesehatan Jiwa, yang sekaligus menjabat sebagai Ketua RT di Bausasran.
Tak perlu waktu lama bagi kami untuk akrab dengan ketiga perempuan tersebut. Kami mengobrol tentang berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Pusat Rehabilitasi YAKKUM selama pandemi COVID-19, terutama tentang pembagian sembako dan benih-benih tanaman untuk ditanam secara mandiri di rumah masing-masing.
Kami berharap cerita yang dirangkum dari podcast Kampung Berdaya yang ketiga ini dapat menebar semangat kebaikan yang sama, seperti halnya yang dilakukan teman-teman dari Pusat Rehabilitasi YAKKUM.
Selamat mendengarkan!
Dampak pandemi COVID-19 dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat, tidak terkecuali teman-teman waria di Yogyakarta. Pada seri kedua podcast Kampung Berdaya, Sonya berkesempatan untuk berbincang bersama Ibu Shinta Ratri, Ketua Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta.
Bu Shinta bercerita tentang beberapa inisiatif yang telah dilakukan komunitas waria selama pandemi, mulai dari penggalangan dana, dapur umum, pembagian sembako, dan lainnya. Kegiatan-kegiatan ini harapannya dapat menjadi bagian dari solusi atas problem ketahanan pangan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi yang dihadapi tidak hanya oleh waria, namun juga masyarakat sekitar.
Obrolan bersama Bu Shinta membawa semangat kebaikan baru. Apalagi, inisiatif ini juga berupaya membangun inklusi dengan melibatkan masyarakat sekitar. Harapannya, pertemuan-pertemuan semacam ini dapat membawa pemahaman yang lebih baik tentang waria sehingga dapat mengurangi stigma dan diskriminasi yang selama ini dialami.
Selamat mendengarkan, semoga menginspirasi!
Photo credit: via tirto.id
Jogja hari itu lebih terik dari biasanya. Belum lagi, jalanan mulai padat dengan warga yang perlahan mulai kembali menjalankan kegiatan hariannya. Namun, sesampainya di kediaman Leilani Hermiasih, atau yang akrab disapa Frau, kami disambut dengan keramahan dan cuaca yang mendadak teduh. Hari itu, kami sepakat akan berbagi cerita, bukan tentang karya musik Frau yang terkenal menyejukan, tetapi tentang sebuah insiatif baik yang diusungnya bersama kawan-kawan seniman Yogyakarta.
'Merdu Ruang' atau 'Meruang' adalah inisiatif untuk membuat playlist atau daftar putar berisi musik-musik pilihan untuk tenaga kesehatan dan pasien COVID-19.
Seri pertama dari podcast Kampung Berdaya, sebagai salah satu program jogjabregas.id, akan membicarakan cerita di balik inisiatif 'Meruang' dalam obrolan santai antara Sonya dan Frau, mulai dari kisah lahirnya ide unik ini, hingga pembahasan tentang potensi musik sebagai salah satu metode penyembuhan atau healing.
Selamat mendengarkan! Semoga perjalanan pertama Sonya menemui orang-orang dan komunitas dengan cerita-cerita baiknya pada masa pandemi ini bisa bermanfaat bagi sedulur semua. Tunggu perjalanan Sonya berikutnya, ya!
Salam kenal, kami dari Tim Kampung Berdaya.
Di bawah jogjabregas.id, podcast ini akan menjadi konten rutin yang diunggah satu kali dalam dua minggu dengan tokoh narasumber serta cerita-cerita baru yang berbeda tiap serinya.
Podcast ini akan dipandu oleh Sonya Teresa, mahasiswi perantau yang sedang menjalani tahun terakhir studinya di Yogyakarta.
Ikuti perjalanan Sonya dalam seri-seri Podcast Kampung Berdaya ke depannya, ya.
Selamat Mendengarkan!














