Di bawah hujan deras/lebat, beberapa momen terjadi. Entah itu bahagia, atau sebaliknya. Yang jelas, satu kemungkinan bisa terjadi banyak peristiwa.
Ternyata begitu, ya. Dicap sebagai pengganggu di dunia ini, rasanya ingin hilang. Terlebih, nggak mau bertemu orang seperti itu lagi.
Semoga istana yang kalian bangun, tidak akan dirusak oleh siapa pun. Dan kelak, segera dihuni oleh permaisuri yang kalian jemput.
Siapa yang tidak senang mendapatkan itu. Sesuatu yang berharga dan tidak bisa dikalkulasikan. Sebab itu istimewa.
Jangan Sirna. Jangan Usai. Jangan Sudahi. Tetaplah bertahan bersama sabar. Walau sepi menyiksa sepanjang waktu, percayalah! Seseorang 'kan menjemputmu.
Hati-hati tuk semua. Mengingat tahun-tahun yang akan datang, akan ada banyak ilusi mau genjutsu yang mengintai. Jangan sampai terjebak!
Sungkan bukan berarti nggak percaya diri, melainkan demi menjaga diri, menjaga tata krama atau tau batasan.
Saking bingung dan tambah bingung, mau menjawab saja nggak mampu. Ini kebetulan atau akan terjadi kembali?
Mohon dengar. Entah di mana, semoga masih ada ruang di dalam sanubarimu. Atau bahkan, hanya ada raga ini, yang mengisi kosong itu.
Entah berapa banyak patah hati yang 'dirayakan'? Baik dari ekspetasi diri sendri, harapan dan cita-cita maupun percintaan. Lantas, masih kah melangkah kembali?
Semua akan berakhir. Entah perjalanan, cerita bahkan seseorang. Tapi, ingin rasanya 'abadi' dan terkesan setiap saat.
Setiap orang punya awan kelabu masing-masing. Bukan berarti peristiwa ini menjadi budaya yang harus diwariskan, melainkan bagaimana cara memutus rantai dengan segera.
Ada yang harus dengan eksplikasi, maupun tidak. Tetapi, perlu pertimbangan sebelum eksplikasi itu dijabarkan. Atau mungkin, segera eksplikasi walau harus menerima konsekuensinya
Belum waktunya kita menjadi hadir, sebab yakin dan percaya, bahwa kita akan menjadi takdir. Menyapamu dari jauh, itu yang bisa kulakukan.
Hei? Jangan jadikan kalimat tersebut sebagai defensif atau akhir dari kisah. Bukan kah, yang dicari itu kebahagiaan?
Lantas tanpa 'semoga' apa yang mau dikejar atau diusahakan? Bukankah semua bermula dari harapan?
Seiras itu sinonim dari kata 'serupa'. Terkadang, kita menyamakan semua, padahal tidak sama. Seiras kali ini, angkat dua kalimat sakral: "Menjadi Satu-satunya" atau "Menjadi yang Terakhir"
Baru denger kosa kata ini, ya? Secara sinomin, itu senada atau searah. Namun, kita 'kan bahas dalam kolateral antara cinta dan kepercayaan. Terlihat berat, tapi aslinya ringan, lho.
Nggak percaya ini terjadi! Secepat itu, ya? Sumpah, perasaan nggak begini, deh. Terus gimana nanti tuk hari esok?
Demi apa ini terjadi!? Hah! Kok bisa begini? Aku harus gimana? Gk mungkin ini terjadi!