Discover
PERIPODCAST
PERIPODCAST
Author: PERIPODCAST
Subscribed: 2Played: 27Subscribe
Share
© PERIPODCAST
Description
PERIPLUS was founded in 1985 to provide high-quality imported books and magazines to readers in Indonesia. Please feel free to contact us via WhatsApp: https://wa.me/6287784644608 or, send us an email at: customercare@periplus.com.
For inquiries regarding:
Book Request ✅
Stock Availability ✅
Shipping Updates ✅
Payment Confirmation ✅
Membership Status ✅
Monday - Sunday (08:00 - 17.00)
For inquiries regarding:
Book Request ✅
Stock Availability ✅
Shipping Updates ✅
Payment Confirmation ✅
Membership Status ✅
Monday - Sunday (08:00 - 17.00)
194 Episodes
Reverse
Koleksi gambar Felisa Tan dibongkar hari ini!
Indera penglihatan adalah salah satu bukti sumber dan penentu pengetahuan tidak hanya rasio, atau kemampuan menalar. Apa yang menampak di hadapan mata kita adalah fase awal kita, sebagai manusia, mencitrakan fenomena.
Dalam prosesnya, lazim kita mengenalnya sebagai pengalaman inderawi yang memampukan kita melihat dunia dengan sangat subyektif. Pandangan berbasis empirisme yang dikembangkan oleh David Hume ini bicara soal sumber pengetahuan.
Kekuatan dari pandangan kaum empiris yang mengiyakan gagasan Hume ini adalah impresi. Impresi bak ‘rasio’-nya Descartes. Impresi ini didapatkan oleh kita secara langsung.
Tak heran, sifatnya vivid dan kuat. Kekuatan atau vivid-nya impresi itulah yang diangkat oleh seniman-fotografer muda, Felisa Tan.
Dapatkan bukunya sekarang: https://www.periplus.com/p/9781957183015/in-search-for-meaning?path=1&utm_source=spotify&utm_medium=In%20Search%20for%20Meaning%20New%2010%20Februari%202024
Perjalanan fase Marketing sebagai sebuah ilmu semakin cepat terakselerasi. Ilmu Marketin Moderan yang awalnya butuh waktu 20 tahun untuk bermigrasi dari Produk-Sentris ke Customer-Sentris, lantas butuh waktu setidaknya 40 tahun dari Customer-Sentris menuju Human-Sentris dalam Marketing 3.0, kali ini hanya butuh waktu di bawah 5 tahun untuk berevolusi.
Marketing tidak lagi bicara soal bagaimana memuaskan pasar yang di dalamnya pelanggan (baca: manusia) melakukan transaksi ekonomi. Marketing menjadi lebih tanggap pada "Digital Experience" dalam lingkup "Digital Economy" yang melibatkan dan bahkan bertumpu pada New Tech yang kita pahami sebagai otomatisasi mesin yang semakin serupa dengan manusia: Kecerdasan Buatan, NLP, Robotik, sampai pada akhirnya ... tiba saatnya bicara serius soal Metaverse.
Tak hanya bualan yang sok futuristik, rupanya. Iwan Setiawan sebagai salah satu penulis menekankan, "Tidak perlu sejauh itu berpikirnya. Kita bisa terapkan fondasi utama bahwa saat ini ada generasi di dalam pasar ekonomi yang menikmati pengalaman online di dalam offline, atau sebaliknya pengalaman offline di dalam dunia online."
Multi-kanal offline dan online tidak lagi terisolasi, bukan lagi online ATAU offline. Tidak bisa pula kita hanya menawarkan kepada pelanggan: online DAN offline. Namun, ini saatnya memperkenalkan konsep online DI DALAM offline. Begitu pula sebaliknya, pengalaman offline DI DALAM offline.
Seperti apa contohnya?
Semua dengan jelas, naratif sekaligus deskriptif, dan prosedural disampaikan oleh Hermawan Kartajaya, Iwan Setiawan, dan Philip Kotler dalam Marketing 6.0: The Future Is Immersive.
Dapatkan bukunya:
https://www.periplus.com/p/9781119835219?utm_source=spotify&utm_medium=Marketing6
#metaverse #marketing #immersive #digitalexperience #nft #blockchain #augmentedreality #virtualreality
Chapters: Every dream begin with a spark of passion - Make Photographs - Intimate Picture: Foto di Museo Frida Kahlo, Coyoacán, Mexico City - Life is happening. Stay open - Sesi tanya jawabIndera penglihatan adalah salah satu bukti sumber dan penentu pengetahuan tidak hanya rasio, atau kemampuan menalar. Apa yang menampak di hadapan mata kita adalah fase awal kita, sebagai manusia, mencitrakan fenomena. Dalam prosesnya, lazim kita mengenalnya sebagai pengalaman inderawi yang memampukan kita melihat dunia dengan sangat subyektif. Pandangan berbasis empirisme yang dikembangkan oleh David Hume ini bicara soal sumber pengetahuan. Kekuatan dari pandangan kaum empiris yang mengiyakan gagasan Hume ini adalah impresi. Impresi bak ‘rasio’-nya Descartes. Impresi ini didapatkan oleh kita secara langsung. Tak heran, sifatnya vivid dan kuat. Kekuatan atau vivid-nya impresi itulah yang diangkat oleh seniman-fotografer muda, Felisa Tan. Dapatkan bukunya sekarang: https://www.periplus.com/p/9781957183015/in-search-for-meaning?path=1&utm_source=spotify&utm_medium=In%20Search%20for%20Meaning%20New%2010%20Februari%202024&utm_id=CB20
Perjalanan fase Marketing sebagai sebuah ilmu semakin cepat terakselerasi. Ilmu Marketin Moderan yang awalnya butuh waktu 20 tahun untuk bermigrasi dari Produk-Sentris ke Customer-Sentris, lantas butuh waktu setidaknya 40 tahun dari Customer-Sentris menuju Human-Sentris dalam Marketing 3.0, kali ini hanya butuh waktu di bawah 5 tahun untuk berevolusi.
Marketing tidak lagi bicara soal bagaimana memuaskan pasar yang di dalamnya pelanggan (baca: manusia) melakukan transaksi ekonomi. Marketing menjadi lebih tanggap pada "Digital Experience" dalam lingkup "Digital Economy" yang melibatkan dan bahkan bertumpu pada New Tech yang kita pahami sebagai otomatisasi mesin yang semakin serupa dengan manusia: Kecerdasan Buatan, NLP, Robotik, sampai pada akhirnya ... tiba saatnya bicara serius soal Metaverse.
Tak hanya bualan yang sok futuristik, rupanya. Iwan Setiawan sebagai salah satu penulis menekankan, "Tidak perlu sejauh itu berpikirnya. Kita bisa terapkan fondasi utama bahwa saat ini ada generasi di dalam pasar ekonomi yang menikmati pengalaman online di dalam offline, atau sebaliknya pengalaman offline di dalam dunia online."
Multi-kanal offline dan online tidak lagi terisolasi, bukan lagi online ATAU offline. Tidak bisa pula kita hanya menawarkan kepada pelanggan: online DAN offline. Namun, ini saatnya memperkenalkan konsep online DI DALAM offline. Begitu pula sebaliknya, pengalaman offline DI DALAM offline.
Seperti apa contohnya?
Semua dengan jelas, naratif sekaligus deskriptif, dan prosedural disampaikan oleh Hermawan Kartajaya, Iwan Setiawan, dan Philip Kotler dalam Marketing 6.0: The Future Is Immersive.
Dapatkan bukunya:
https://www.periplus.com/p/9781119835219?utm_source=spotify&utm_medium=Marketing6
#metaverse #marketing #immersive #digitalexperience #nft #blockchain #augmentedreality #virtualreality
Chapters: Kata pengantar - Bahas isi buku - Alasan "In Search For Meaning" harus lahir!Dalam proses memaknai pengalaman inderawinya, Felisa mengabadikan objek-objek di sekitar. Dalam bukunya, In The Search for Meaning, Felisa menonjolkan aspek fenomenologi. Semua objek yang diindera dipandang sebagai subjek-subjek duniawi. Felisa merekam subjek-subjek duniawi ini dalam kaitannya dengan eksperiman cahaya. Tentu, dipilih cahaya alih-alih suara atau sensasi. Sebab, karya-karya yang dibingkai Felisa dalam bukunya bicara soal indera penglihatan. Dan, cahaya adalah sahabat mata. Cahaya yang memampukan mata untuk menangkap citra.Dapatkan bukunya sekarang: https://www.periplus.com/p/9781957183015/in-search-for-meaning?path=1&utm_source=spotify&utm_medium=In%20Search%20for%20Meaning%20New%2010%20Februari%202024&utm_id=New
Dapatkan Bukunya "Start with Why: How Great Leaders Inspire Everyone to Take Action" https://www.periplus.com/index.php?route=product%2Fcategory&sar=1&author=Sinek%2C%20Simon&utm_source=spotify&utm_medium=21juli%20SimonSinek%20Chapter1%20link
#startwithwhy #SimonSinek #periplus
Peluncuran Buku "What It Takes: Southeast Asia" karya Gita Wirjawan. What It Takes: Southeast Asia seolah menjadi start-up untuk saya. Mulai dari keputusan untuk menulis, hingga memilih untuk mempublikasi ini secara mandiri.Ada pertanyaan, “Endgame bukunya apa, Pak?”Sesederhana:Jika buku ini mampu memprovokasi teman-teman untuk berdiskursus, bahkan untuk menentang argumen di dalamnya — then, mission accomplished.Karena yang saya harapkan justru lahirnya diskursus baru. Gagasan yang lebih segar, lebih kolaboratif, lebih terbuka.Saya juga berharap buku ini bisa menjangkau lebih banyak orang.Itu sebabnya, tahun ini saya berencana merilis versi Bahasa Indonesia dari What It Takes: Southeast Asia.If you’ve read it, share your thoughts.Show me your discussion.Show me your ideas.
📖 Looking to Hong Kong: The Architecture of Rocco Design https://www.instagram.com/roccodesignarchitects/Rocco Yim founded his own practice in 1979, and was one of the co-founders of Rocco Design Partners in 1982.The firm has received many local and international awards and citations for design excellence since its inception and has won its first international competition in 1983. Under his stewardship in design, the firm has grown significantly over the years both in size and reputation. #HongKongArchitecture #RoccoYimDesign #CityscapeStories #DesignInspiration #UrbanInnovation
About The Book: https://www.periplus.com/p/9786340424058/what-it-takes-southeast-asiaONE OF THE MOST UNDER-NARRATED REGIONS IN THE WORLD DOES NOT HAVE TO BE. THIS BOOK WILL TELL YOU WHY.With 700 million people and a $4 trillion economy, Southeast Asia has what it takes to move from the periphery to global discourse consciousness. This book shows which problems to focus on to become the region's storytellers.
Periplus Heritage Bandung jadi saksi betapa buku, musik, dan obrolan ringan bisa membuat hari lebih berarti. Truly, it was A Very Laufey Day. 🌿#periplus #periplusbandung #periplusheritage #bookstore #periplusbookstore #laufey #averylaufeyday #books
IG Periplus.Tirtodipuran | Come and celebrate A Very Laufey Day with us 🥰#AVeryLaufeyDay #AVLD2025 #LaufeyBookClub #meowtcha #periplus #periplusbookstore #periplustirtodipuran #indonesia #yogyakarta
Kolaborasi perdana antara PPM School of Management dan Periplus Bookstore dalam format podcast! https://www.youtube.com/watch?v=5lsB_Rp8COkDi episode ini, kita mengupas buku The Anxious Generation karya Jonathan Haidt yang menjadi perbincangan karena menggambarkan bagaimana tekanan dari media sosial dan dunia digital memengaruhi kesehatan mental generasi muda. Selain itu, kita juga membahas peran penting orang tua dan lingkungan sekitar dalam membantu anak-anak menemukan keseimbangan emosional dan ketahanan di tengah hiruk-pikuk kehidupan digital.✨ Bersama dua narasumber inspiratif:🎓Fitri Safira, M.M., Ph.D – Faculty Member, PPM School of Management📚 Petrus Hepi Witono – Social Media Specialist, Periplus BookstoreMereka berbagi pemikiran, pengalaman pribadi, dan tips praktis tentang bagaimana menghadapi tantangan kesehatan mental generasi muda dalam kehidupan sehari-hari, dari dunia kerja, pendidikan, hingga dinamika keluarga.📖 Yuk, dengarkan obrolan hangat ini dan temukan cara baru untuk berdamai dengan diri sendiri.#BeyondTheShelves #TheAnxiousGeneration #PPMSchool #Periplus #PodcastIndonesia #selfhelp #MentalHealth #Bibliobestie #PPMmates
BALI: Photography 1865-1939 https://www.periplus.com/p/9786026990860/bali-photography-1865-1939?filter_name=BALI:%20Photography%201865-1939%20&filter_category_id=0BALI: Photography 1865-1939 provides a fascinating survey of the history of photography on Bali from the arrival of pioneering photographer Isidore van Kinsbergen as part of a government mission in December 1865, when Bali was almost completely unknown to the outside world, through to the first golden age of tourism on Bali in the 1930s that ended with the outbreak of World War Two.Photo historian Scott Merrillees draws upon an extensive personal archive of early photographs, picture postcards, contemporary books, tourist guides and travel brochures, collected over more than thirty years, to consider the development of photography on Bali in pre-independence Indonesia. This book examines who was photographing Bali from the mid-1860s to the late 1930s, what influences shaped how Bali was photographed and how it was presented to the world.#Bali #OldBali #VintageBali #BaliHistory #BaliCulture #BaliIsland #BaliPhotography #Balinese #Periplus #ScottMerrillees
Credit: https://www.instagram.com/p/DIda8a5xJuU/Di balik tawa mereka, ada harapan yang sedang tumbuh pelan-pelan. Kami datang membawa buku, tapi yang tertinggal bukan sekadar cerita, melainkan semangat, kebersamaan, dan impian yang mulai berani muncul. Terima kasih telah menjadi bagian dari langkah kecil ini. Karena bersama, kita tak hanya berbagi… kita menanam mimpi 🤍#ActOfLove #AgentsOfLove
Credit: https://www.instagram.com/reel/DLe5JGdBMd0/Summitnicus | Di bagian barat #BumiCelebes yang mayoritas daerah pesisir, ada 1 bagian daerah pegunungan yang asri, tenang & damai. Rante Pongko, sebuah dusun di Kabupaten Mamasa, yg merupakan pintu masuk Gunung #GandangDewata. Anak-anak cerdas nan aktif di sini sangat beruntung tinggal di daerah sejuk berketinggian 1.300an Mdpl dengan alam & lingkungan perkembangan mental yang sangat kondusif. Orangtua mereka pada umumnya petani & peternak. Hanya ada 1 sekolah di sini yaitu SD (Sekolah Dasar Negeri Kecil) 016 Rante Pongko yang saat ini mempunyai murid total sebanyak 50 anak. Jika akan melanjutkan ke SMP mereka harus ke kota Mamasa.Kami berkesempatan bermain & belajar bersama teman muda di sini, walaupun singkat tapi perjumpaan ini memberikan banyak kesan bagi kami. Bermain gerak & lagu dgn Kak melita dan kak Linta, bermain peta buta & globe bersama kak Aji & kak Sabar serta mendengarkan cerita dari buku Pak Raden (Suyadi) yang dibacakan oleh kak Shinta & Pijar. Polos & malu-malu menjadi ciri khas anak-anak ini, walaupun mereka Menyimpan potensi luar biasa di dalam dirinya. Terbukti setelah acara selesai, mereka membuat kreatifitas origami dari kertas yg kami bagi, menggambar, juga bermain Tentah (enggrang) bersama.Donasi Buku, Donasi Susu, Donasi dr penjualan kaos #BumiCelebes, maupun Donasi uang dari #SobatNicus kami belanjakan menjadi beberapa alat penunjang kegiatan belajar & bermain seperti rak buku, globe, Peta Indonesia, white board, spidol dan penghapusnya, isi polaroid, buku gambar, buku tulis, alat tulis, kertas origami, krayon, celengan, buku cerita dll yang diserahkan ke pihak sekolah diwakili Ibu Kori & juga diserahkan langsung ke anak-anak.Kami mengucapkan terimakasih untuk semua pihak yg mendukung kegiatan ini, #SobatNicus semua, Bapak Ad Hanafiah, Periplus, Funtastic, Frisian Flag Indonesia, Korpala Unhas, KPA Quarles, partner kami Octodable, Hutang Gunung dan Adorable Media, Pak Tandi selaku tuan rumah kami menginap, Guru-guru & Pihak Sekolah SDK 016 Rante Pongko. Semoga hal baik akan Kembali ke rekan-rekan semua, & Anak-anak Rante Pongko kelak menjadi orang yang bijak dan bermanfaat bagi keluarga, lingkungan & Negara.
Credit Bali TV: https://www.youtube.com/watch?v=jAu3lJ1I6YYDalam episode ini, kita berbincang bersama Melati Wijsen, aktivis lingkungan sekaligus pendiri Bye Bye Plastic Bags dan YOUTHTOPIA, yang baru saja merilis buku pertamanya berjudul “Change Starts Now”. Dengan semangat membara, Melati mengajak generasi muda untuk menjadi agen perubahan dalam menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan. Lewat cerita perjuangan dan langkah-langkah kecil yang berdampak besar, Melati menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari diri sendiri—dan dimulai sekarang juga. Yuk, dengarkan inspirasinya!
🙏Good morning Kakak🥰. Kamu bertanya, Bestie Menjawab!Terima kasih atas pesan hangat yang Kakak sampaikan. Mohon maaf, kami belum bisa membalas pertanyaan satu-persatu melalui DM media sosial Periplus. Namun jangan khawatir, segala pertanyaan dan curahan hati tentang buku-buku favorit di Periplus.com akan dengan senang hati kami layani melalui Email dan WhatsApp Center yang tersedia di tautan berikut: https://linktr.ee/periplus.bookstoreSalam hangat dari kami,Perimin📖 "The most important thing in life is to learn how to give out love, and to let it come in."— Tuesdays with Morrie by Mitch Albom
Dear BiblioBesties,Hidup memang penuh hal-hal tak terduga. Meski dalam beberapa hal bisa diramalkan, entah dengan tarot atau horoskop, tetap saja tidak persis membuat setiap insan terjaga. Tak jarang, kita terlena dan jatuh dalam masalah-masalah kecil. Lantas, melahirkan luka-luka yang butuh waktu 'tuk disembuhkan. Tak hanya luka yang lahir, tapi juga kecemasan … over thinking tiada henti, halu juga.Hati-hati, tensi tinggi!Ini ada obat untuk menurunkan tensi tinggi, pilihan narasi Penghangat hati. Justru setiap kisah lahir dari hal-hal sederhana, yang sering kita lalui, namun jarang kita nikmati detilnya. Entah itu soal resep roti, kentalnya kopi, sampai percakapan sehari-hari yang menyimpan beragam suara bawah sadar.Perimin rekomendasikan 9 pilihan fiksi yang dijamin … Menyejukkan sekaligus menghangatkan!Source: https://www.instagram.com/p/DMJ18fnxe8-/?hl=en&img_index=1
{🎧} Wajib tonton sampai habis! 🎥 Full Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=6HBsfJ_uVj0What a lovely and insightful afternoon it was, diving into Cigarette Girl and getting a behind-the-scenes glimpse into the Netflix adaptation process! Huge thanks to Ratih Kumala @gadiskretek for sharing her stories, and to Periplus for sponsoring this Author Talk event. Stay tuned for our next Author Talk — more literary adventures to come!Follow:Ratih Kumala https://www.instagram.com/gadiskretek/ANZA Jakarta: The Australian and New Zealand Association of Jakarta https://www.instagram.com/anzajkt/BWA Jakarta: British Women's Association Jakarta https://www.instagram.com/bwajakarta/#bwa #bwajakarta #bwaactivities #jakarta #authortalk #expatjakarta #jakartaexpats #jakartaexpat #jakartaevent #periplus
#Periplus Credit: dipidiffofficial | 📚 What You Do is Who You Are: How Top Leaders Create a Winning Culture. Ben Horowitz (Author). William Collins, 2025. Paperback, 288 pages. https://www.instagram.com/dipidiffofficial/reel/DKipvDjSkYe/ Ben Horowitz, kapitalis ventura terkemuka, pakar manajemen modern, dan penulis buku terlaris New York Times, menggabungkan pelajaran dari sejarah (Toussaint Louverture, Samurai, Genghis Khan, Shaka Senghor) dan praktik organisasi modern (Reed Hastings di Netflix, Travis Kalanick di Uber, dan Hillary Clinton, Don Thompson, Maggie Wilderotter, dan dirinya sendiri) sehingga terciptalah saran-saran praktis untuk membantu para eksekutif membangun budaya yang dapat bertahan dalam masa-masa baik maupun buruk.Dalam What You Do Is Who You Are, Ben Horowitz mengajukan pertanyaan yang penting bagi setiap organisasi: yakni bagaimana Anda menciptakan dan mempertahankan budaya yang Anda inginkan?Siapakah diri Anda bukanlah nilai-nilai yang Anda pajang di dinding. Bukan apa yang Anda katakan dalam rapat perusahaan. Bukan kampanye pemasaran Anda. Bahkan bukan apa yang Anda yakini. Siapakah diri Anda adalah apa yang Anda lakukan.𝙏𝙖𝙠𝙩𝙞𝙠 𝙪𝙩𝙖𝙢𝙖 𝙇𝙤𝙪𝙫𝙚𝙧𝙩𝙪𝙧𝙚1. Pertahankan Apa yang Berhasil2. Buat Aturan yang Mengejutkan3. Berpakaianlah untuk Sukses4. Melibatkan Kepemimpinan dari Luar5. Ambil Keputusan yang Menunjukkan Prioritas Budaya6. Lakukan Apa yang Anda Katakan7. Jadikan Etika Eksplisit













