DiscoverPRANALA KHABAR
PRANALA KHABAR
Claim Ownership

PRANALA KHABAR

Author: maulanapanjisaputra

Subscribed: 0Played: 0
Share

Description

sebuah partisipasi kecil dalam syi'ar ahlussunnah wal jama'ah.
7 Episodes
Reverse
Memandang Wajah Allah, Kenikmatan Tertinggi di Akhirat Salah satu ideologi dan prinsip dasar Ahlus sunnah wal jama’ah yang tercantum dalam kitab-kitab aqidah para ulama salaf, adalah kewajiban mengimani bahwa kaum mu’minin akan melihat wajah Allah Ta’ala yang maha mulia di akhirat nanti, sebagai balasan keimanan dan keyakinan mereka yang benar kepada Allah Ta’ala sewaktu di dunia. Imam Ahmad bin Hambal, Imam Ahlus sunnah wal jama’ah di zamannya, menegaskan ideologi Ahlus sunnah yang agung ini dalam ucapan beliau, “(Termasuk prinsip-prinsip dasar Ahlus sunnah adalah kewajiban) mengimani (bahwa kaum mu’minin) akan melihat (wajah Allah Ta’ala yang maha mulia) pada hari kiamat, sebagaimana yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits-hadits yang shahih” Kitab “Ushuulus sunnah” (hal. 23, cet. Daarul manaar, Arab Saudi). Yuk Simak Ustadz Abdullah Taslim Hafizhahullah, mengenai salah satu prinsip ahlussunnah ini..
Coba pikir: Mereka percaya bahwa seorang wali dengan karomahnya bisa terbang dengan cepat  untuk sholat di Mekkah. Melipat waktu dan tempat.... Lalu di sisi lain mereka mengingkari hakikat Allah turun di 1/3 malam terakhir ke langit dunia. Padahal yang ini jelas² ada dalilnya. Dan Allah kuasa atas segala sesuatu.... mulailah bertakalluf dg mencari takwil² yang bathil. Sungguh ketidak-pintaran yang nyata. Apa mereka amnesia dg Firman Allah: إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ Sesungguhnya Allah mengerjakan apa yang Dia dikehendaki (QS. AlHajj: 14). Makanya: jangan disamakan dg makhluk, semua sifat Allah itu sesuai dg keagungan dan kebesarannya. Bukan seperti turunnya kita dari Kasur ke lantai. Ustadz Hasan Al-Jaizy Al-Jaizy akan membahas Apakah Allah عَزَّ وَ جَلَّى Turun ke Langit Dunia Memiliki Arah?
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ “Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” (Qaaf : 16). Sering di dapati salah dalam mengartikan bahwa kata “kami” pada ayat tersebut adalah Allah, sehingga mereka memahami bahwa posisi Allah itu ada di tubuh manusia dan juga di dekat dengan tubuh manusia. Mereka menyangka bahwa posisi Allah di dekat urat lehernya. Akibat dari kesalahan ini, mereka meyakini “Allah ada di mana-mana” termasuk tubuh manusia, atau keyakinan bahwa Allah menyatu dengan hambanya (aqidah manunggaling kaula gusti). Tentu ini aqidah yang tidak benar, yang benar adalah Allah berada di atas langit Kata-kata “dekat” bukan berarti otomatis menunjukkan posisi dan letak. Jika ada yang mengatakan Allah lebih dekat dengan urat leher berdasarkan ayat ini, tentu tidak tepat, karena bukan berarti “dekat” itu menunjukkan posisi Allah dekat, akan tetapi menunjukkan dekat maknawi yaitu “kedekatan”. Al-Quthubi menjelas tafsir bahwa ayat tersebut menunjukkan dekat secara penggambaran, bukan dekat secara jarak. Beliau berkata, ﻭﻫﺬﺍ ﺗﻤﺜﻴﻞ ﻟﻠﻘﺮﺏ، ﺃﻱ ﻧﺤﻦ ﺃﻗﺮﺏ ﺇﻟﻴﻪ ﻣﻦ ﺣﺒﻞ ﻭﺭﻳﺪﻩ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻮ ﻣﻨﻪ ﻭﻟﻴﺲ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻪ ﻗﺮﺏ ﺍﻟﻤﺴﺎﻓﺔ، “Ini adalah penggambaran kedekatan, yaitu kami lebih dekat (kedekatannya) dari pada urat leher, bukan dekatnya jarak” (Tafsir Al-Qurthubi). Contohnya hadits yang menunjukkan kedekatan hamba dengan Allah ketika sujud. Bukan berarti Allah dekat posisi dan letaknya ketika hamba sujud. simak pemaparan dari Ustadz Abu Abdirrohman Abdul Halim Hafizhahullah, barakallahu fikum.
Bismillah.. Sob taukah..  Allah Ta’ala bersemayam di atas Arsy. Di dalam ayat disebutkan Ar-Rahmaanu ‘alal ‘arsyistawaa. Secara bahasa istiwa’ itu memiliki empat makna yaitu: ‘ala (tinggi) Irtafa’a (terangkat) Sho’uda (naik) Istaqarra (menetap) Sehingga makna Allah istiwa’ di atas ‘Arsy ialah menetap tinggi di atas ‘Arsy. Sedangkan makna ‘Arsy secara bahasa ialah: Singgasana Raja. Adapun ‘Arsy yang dimaksud oleh ayat ialah sebuah singgasana khusus milik Allah yang memiliki pilar-pilar yang dipikul oleh para malaikat. Sebagaimana disebutkan di dalam ayat yang artinya, “Dan pada hari itu delapan malaikat memikul arsy.” Dan Allah sama sekali tidak membutuhkan ‘Arsy, tidak sebagaimana halnya seorang raja yang membutuhkan singgasananya sebagai tempat duduk. Demikianlah yang diterangkan oleh para ulama. Satu hal yang perlu diingat pula bahwa bersemayamnya Allah tidak sama dengan bersemayamnya makhluk. Sebab Allah berfirman yang artinya, “Tidak ada sesuatupun yang serupa persis dengan Allah, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11). Oleh sebab itu, tidak sama bersemayamnya seorang raja di atas singgasananya dengan bersemayamnya Allah di atas arsy-Nya. Inilah keyakinan yang senantiasa dipegang oleh para ulama terdahulu yang shalih serta para pengikut mereka yang setia hingga hari kiamat. Wallahu a’lam bish showaab (silakan baca kitab-kitab Syarah Aqidah Wasithiyah dan kitab-kitab aqidah lainnya). Yuk.. simak Penejelasan Ustadz Dzulqarnain Muhammad Sanusi, Hafizhahullahu Ta'ala. barakallahu fikum..
Mahasuci Allah dari kesamaan dengan makhluk. Allah ‘azza wa jalla berfirman, لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَيۡءٞۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ ١١ “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (asy-Syura: 11) Aqidah yang berdasarkan dalil-dalil dari Al-Qur’an, hadits-hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga merupakan ijma’ para ulama ahlus sunnah meyakini akan adanya Tangan dan Wajah Allahu Ta'ala. Yang mengingkari dan tidak meyakini hal ini hanyalah sekte-sekte yang menyimpang dari aqidah ahlus sunnah wal jama’ah. Di antara sifat Allah ‘azza wa jalla adalah memiliki dua tangan. Hal ini berdasarkan firman Allah ‘azza wa jalla, بَلۡ يَدَاهُ مَبۡسُوطَتَانِ يُنفِقُ كَيۡفَ يَشَآءُۚ “(Tidak demikian), tetapi kedua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki.” (al-Maidah: 64) Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, يَطْوِ ى اللهُ السَّمَوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِيَدِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ، أَيْنَ الْجَبَّارُونَ؟ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ؟ ثُمَّ يَطْوِى الْأَرَضِينَ ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ–قَالَ ابْنُ الْعَلاَءِ: بِيَدِهِ الْأُخْرَى–ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ، أَيْنَ الْجَبَّارُونَ؟ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ؟ Allah ‘azza wa jalla melipat langit-langit pada hari kiamat lalu mengambilnya dengan tangan kanan-Nya seraya berkata, “Akulah Sang Raja, di manakah para diktator? Di manakah orang-orang yang sombong?” Lalu Allah ‘azza wa jalla melipat bumi-bumi kemudian mengambilnya.—Ibnul ‘Ala`, salah seorang perawi hadits mengatakan: dengan tangan-Nya yang lain)—Allah berkata, “Akulah Sang Raja, di manakah para diktator? Di manakah orang-orang yang sombong?” ( HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al-Albani rahimahullah) Adapun dalil dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang Wajah Allahu Ta'ala, jumlahnya sangat banyak, sehingga mencapai derajat mutawatir. Di antaranya adalah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ، كَمَا تَرَوْنَ هَذَا القَمَرَ، لاَ تُضَامُّونَ فِي رُؤْيَتِهِ “Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian (pada hari kiamat), sebagaimana kalian melihat bulan ini (purnama). Kalian tidak berdesak-desakan ketika melihat-Nya” (HR. Bukhari no. 554, 573, 4851, 7434 dan Muslim no. 633). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyatakan dengan tegas, إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ عِيَانًا “Kalian akan melihat Rabb kalian secara langsung (dengan mata kepala)” (HR. Bukhari no. 7435). Semoga Allah Ta’ala memudahkan jalan kita ke surga dan mendapatkan nikmat untuk memandang wajah-Nya. yuk simak penjelasan Al-Ustadz Firanda Andirja Hafizhahullah tentang tangan dan wajah Allah.. di episode ke 3... barakallahu fikum..
..بسم الله الرحمن الرحيم ALHAMDULILLAH.. AUDIO DAUROH SUKABUMI MENGAJI bersama al-Ustadz Abu Ibrohim Muhammad Mundzir Hafizhahullahu Ta'ala tertanggal, 11 Dzulqo'dah 1440 Hijriah di Masjid Daruttaqwa Toserba Selamat Semoga kita dapat mengambil pelajaran terlebih pembahasan perihal aqidah ini.. semoga Allah سبحانه وتعالى memberikan kita kemudahan untuk dapat mengikuti, mendengarkan, menulis faidah-faidah  AUDIO DAUROH ini hingga selesai dan pada akhirnya dapat kita amalkan untuk bekal dikehidupan setelah kematian nanti.. WA AKHIRU DA'WANA ANIL HAMDA LILLAHI RABBIL'ALAMIN
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم --- sob.. taukah.. Dalam Surat Thaha Ayat 5 Allah berfirman dengan lafazh: الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى Artinya: “Yang Maha Penyayang di atas ‘Arsy (singgasana) berada.” Begitu juga Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam akhir loh.. beritanya shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Dia berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku berikan. Dan siapa yang yang memohon ampun kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari, no.1145 dan Muslim, no.758) --- lalu, apa penjelasan nya? dapat di simak yess di episode 1 ini, InsyaaAllah Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah akan menjelaskan mengenai pertanyaan tersebut.. stay here and stay true.. بارك الله فيكم
Comments 
Download from Google Play
Download from App Store