DiscoverPodcast Dakwah Sunnah
Podcast Dakwah Sunnah
Claim Ownership

Podcast Dakwah Sunnah

Author: podcastdakwahsunnah

Subscribed: 10,242Played: 100,526
Share

Description

Ikuti kajian, dakwah, dan ajaran Islam yang sesuai dengan Alquran, Nabi Muhammad Sallallahu Alayhi Wasallam, serta diikuti oleh Tabi’in dan Tabi’ut atabi’in. Dapatkan wawasan keislaman yang mendalam dari para Ustadz bermanhaj Salaf di Indonesia. Kumpulan tersebut dapat diakses dan didownload melalui website: www.podcastdakwahsunnah.com. Jangan lewatkan kesempatan untuk memperkaya pengetahuan agama Islam. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
202 Episodes
Reverse
Dalam Islam, terdapat keutamaan yang besar pada perkataan yang baik dan perilaku diam yang bijak. Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam" (HR. Bukhari dan Muslim). Ayat-ayat dalam Al-Qur'an juga menekankan pentingnya menjaga lisan, seperti dalam surat Al-Ahzab ayat 70 yang berbunyi, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar." Oleh sebab itu, dalam banyak situasi, diam memang bagaikan emas karena dapat mencegah kita dari berkata-kata yang sia-sia dan dosa lisan. Perkataan yang dipilih dengan bijak dan diam yang munasabah adalah bentuk pengendalian diri yang dicintai Allah Subhanahu Wa Ta'ala, menggambarkan tingginya akhlak dan kemuliaan seorang Muslim.
Hati yang selamat adalah hati yang bersih dari dosa, iri hati, dan dendam, serta senantiasa dipenuhi dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dalam Al-Quran, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surat Asy-Syu'ara ayat 88-89, yang artinya: "Pada hari yang tiada berguna harta dan anak-anak, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." Hati yang selamat juga diraih dengan taubat yang tulus dan terus-menerus kembali kepada jalan yang benar serta mengikuti ajaran Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim: "Dalam jasad manusia ada sepotong daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, itu adalah hati." Oleh karena itu, menjaga hati agar tetap selamat dari penyakit-penyakit hati adalah kewajiban setiap Muslim agar selalu dekat dengan rahmat dan ridho Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Prinsip hidupku berlandaskan pada ajaran Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Alquran sebagai pedoman utama mengajarkan kita untuk selalu berbuat kebajikan, menjauhi larangan, dan menjalankan perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sebagaimana terkandung dalam surah Al-Ma'idah ayat 2, Allah berfirman, "Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan." Dalam kehidupan sehari-hari, saya berusaha untuk menerapkan nilai-nilai Islam dengan mengikuti teladan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang selalu menunjukkan kasih sayang, kejujuran, dan berperilaku adil dalam setiap aspek kehidupan. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." Dengan prinsip-prinsip ini, saya berharap dapat menjalani hidup yang berkah dan diridhai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Menjaga hati dan pandangan dalam profesionalisme kerja merupakan hal yang sangat dianjurkan dalam Islam. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an Surah An-Nur ayat 30-31 agar kaum laki-laki dan perempuan menundukkan pandangannya dan menjaga kemaluannya. Ini menunjukkan pentingnya menjaga kesucian hati dan pandangan sebagai seorang profesional. Selain itu, Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam juga bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, bahwa "Dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka baik pula seluruh tubuhnya, namun jika ia rusak, rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati." Oleh karena itu, menjaga kebersihan hati dan pandangan adalah kunci untuk menjaga integritas dan profesionalisme dalam bekerja agar kita selalu berada dalam jalan yang diridhai oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Tetaplah fokus dalam menjalankan tugas dengan niat yang ikhlas dan lurus sesuai dengan ajaran Islam, sehingga keberkahan dan ridha-Nya senantiasa menyertai kita.
Hijrah adalah salah satu langkah penting bagi setiap Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dalam proses hijrah, tentu kita perlu mengambil inspirasi dan panduan dari Al-Qur'an. Allah berfirman dalam Surat An-Nisa ayat 100, "Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak". Rasulullah Muhammad Sallallahu alaihi wasallam juga mencontohkan hijrah yang besar dari Mekah ke Madinah yang kemudian menjadi momentum penting dalam sejarah Islam. Hijrah bukan hanya bermakna berpindah tempat, namun juga bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik, lebih taat kepada perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan menjauhi segala larangan-Nya. Oleh karena itu, ambil inspirasi dari hijrah dalam Al-Qur’an dan ajaran Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wasallam untuk menjalani hidup yang lebih berkah dan bermakna.
Tidak memberi salam kepada orang kafir merupakan salah satu tindakan yang dijelaskan dalam ajaran Islam dan merujuk pada berbagai sumber dari Al-Quran, Sunnah, dan hadist. Dalam Al-Quran, surat An-Nisa ayat 86 disebutkan bahwa apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik atau balaslah (dengan yang serupa). Sementara itu, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam juga memberikan petunjuk dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, "Jangan memulai salam kepada Yahudi dan Nasrani." Ini dimaksudkan untuk menjaga identitas dan akhlak umat Islam serta membedakan mereka dari umat lain. Namun, bukan berarti Islam mengajarkan untuk bersikap kasar atau tidak sopan, melainkan mendidik umatnya untuk bersikap bijaksana dan berakhlak mulia. Tetaplah menjunjung tinggi prinsip-prinsip kejujuran, kebenaran, dan kehormatan dalam semua interaksi sosial, sesuai dengan ajaran Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dan petunjuk Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Peliharalah shalat berjamaah di masjid karena ia memiliki keutamaan yang sangat besar dalam Islam, sebagaimana yang diajarkan oleh Al-Quran dan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Dalam Al-Quran, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, "Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat, serta ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'" (Surah Al-Baqarah: 43). Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga bersabda, "Shalat berjamaah lebih utama dibandingkan shalat sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat" (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim). Kehadiran di masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah tidak hanya akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda, tetapi juga menjalin ukhuwah Islamiyah dan mendatangkan ketenangan hati serta keberkahan dalam kehidupan sehari-hari. Amalan ini penting untuk dijaga dan dilestarikan, sehingga kita senantiasa mendapatkan rahmat dan keridhaan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala adalah satu-satunya Penyembuh Yang Sempurna dalam Islam, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran dan Hadis. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surah Ash-Shu'ara ayat 80, "Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku." Selain itu, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam juga mengajarkan doa untuk kesembuhan, seperti dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, "Ya Allah, Rabb manusia, hilangkanlah kesulitan, sembuhkanlah, Engkaulah penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit." Dengan demikian, berdoa dan memohon kesembuhan kepada Allah adalah ajaran yang dianjurkan dalam Islam, menunjukkan bahwa hanya Allah yang memiliki kekuasaan atas kesembuhan dan kesehatan. Memahami konsep ini bukan hanya meningkatkan keimanan, tetapi juga mengarahkan umat Muslim kepada pencarian penyembuhan yang sesuai dengan panduan Islam, baik melalui doa maupun usaha medis yang diperbolehkan.
Dalam Islam, menghindari sikap menggerutu atau mengeluh adalah ajaran yang ditekankan dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 286: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." Hal ini mendorong umat Islam untuk bersabar dan ridha dalam menghadapi segala cobaan. Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam juga mencontohkan sikap sabar dan syukur dalam situasi apapun. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah bersabda, "Mengagumkan urusan orang mukmin, sesungguhnya semua urusannya baik, jika ia mendapat kesenangan ia bersyukur karena itu baik baginya, dan jika ia ditimpa kesusahan ia bersabar karena itu baik baginya." Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk tidak menggerutu dan selalu bersikap positif serta penuh keimanan terhadap takdir yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala
Rumah tangga bahagia dalam Islam berdasar pada prinsip-prinsip yang diajarkan dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah menjadi tujuan utama, sebagaimana disebutkan dalam surat Ar-Rum ayat 21 yang menyatakan, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang." Selain itu, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan pentingnya saling menghormati, komunikasi yang baik, dan saling membahu dalam menjalankan tanggung jawab rumah tangga. Hadis riwayat Al-Tirmidzi menyebutkan, "Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan saya adalah yang terbaik kepada keluargaku." Oleh karena itu, membangun rumah tangga bahagia dalam Islam melibatkan penghargaan, cinta, dan keikhlasan dari setiap anggota keluarga.
Menurut Al-Quran dan Hadits, menghadapi pasangan yang tak seindah angan membutuhkan kesabaran dan pengertian. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surah An-Nisa ayat 19, "Dan bergaullah dengan mereka secara patut." Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam juga mengajarkan dalam Hadits, "Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik terhadap istrinya." Dalam Islam, penting untuk mengutamakan cinta, kesabaran, dan pengertian dalam pernikahan. Kita diajarkan untuk menerima pasangan dengan segala kekurangan dan kelebihannya serta selalu berusaha memperbaiki diri dan hubungan. Ikhtiar untuk memperbaiki hubungan dengan komunikasi yang baik dan doa kepada Allah adalah langkah utama yang sejalan dengan tuntunan agama untuk mencapai keharmonisan bersama pasangan.
Kamulah yang terindah, sebuah ungkapan yang sering kali digunakan untuk menggambarkan keagungan dan keindahan ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dalam Alquran, Allah berfirman dalam Surah At-Tin ayat 4: "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." Hal ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan dengan kesempurnaan dan keindahan oleh Allah. Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga bersabda dalam hadist riwayat Muslim: "Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan." Oleh karena itu, menghargai keindahan diri sendiri dan ciptaan-Nya adalah bagian dari ibadah kepada-Nya. Kesempurnaan penciptaan manusia oleh Allah bukan hanya pada fisik tetapi juga akhlak dan moralitas yang tinggi, menjadikan setiap individu sebagai refleksi dari kebesaran-Nya.
Dalam Islam, tamu memiliki kedudukan yang sangat mulia dan istimewa, sebagaimana dijelaskan dalam Alquran dan Hadist. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surah Adh-Dhariyat ayat 24-27 tentang kisah Nabi Ibrahim yang dengan penuh penghormatan menyambut tamunya. Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga menegaskan pentingnya memuliakan tamu dalam banyak hadist, salah satunya adalah hadits riwayat Bukhari dan Muslim: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya." Memuliakan tamu tidak hanya membawa berkah tetapi juga merupakan cerminan dari keimanan seseorang kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala serta mengikuti sunnah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Oleh karena itu, sebagai umat Islam kita dianjurkan untuk selalu memperlakukan tamu dengan baik, memberikan pelayanan terbaik, serta menunjukkan keramahan sebagai bentuk penghormatan terhadap mereka sebagai "Tamu Allah".
Dalam Al-Quran, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 188, "Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil." Rasulullah Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga bersabda dalam hadits riwayat Muslim, "Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik." Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang Muslim untuk memastikan bahwa hartanya bersih dari unsur haram. Jika terdapat harta yang tercampur dengan sesuatu yang haram, maka wajib bagi kita untuk membersihkan dan menghindarinya. Sebaiknya segera bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mengembalikan atau membuang harta tersebut sesuai dengan tuntunan syariat Islam agar keberkahan tetap menyertai rezeki kita.
Membaca Ayat Kursi merupakan amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam karena terdapat banyak keutamaan dan manfaat yang terkandung di dalamnya. Dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 255, disebutkan bahwa Ayat Kursi adalah ayat yang penuh dengan keagungan dan kekuasaan Allah. Rasulullah juga menganjurkan umatnya untuk membaca Ayat Kursi setiap selesai shalat fardhu sebagai perlindungan dari gangguan syaitan. Dengan rajin membaca Ayat Kursi, seseorang dapat mendapatkan perlindungan dari Allah serta menjaga dirinya dari berbagai godaan dan bencana yang datang.
Sikap yang tepat menghadapi kematian adalah dengan mempersiapkan diri secara baik untuk menghadapinya. Seperti yang ditegaskan dalam Al-Quran Surah Ali Imran ayat 185, "Setiap jiwa akan merasakan mati, dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung." Rasulullah juga menegaskan pentingnya persiapan untuk kematian melalui sabdanya yang diriwayatkan oleh Muslim, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling panjang umurnya dan sebaik-baik amal adalah yang paling baik akhirannya." Oleh karena itu, sebagai umat muslim hendaklah selalu bersiap diri dengan amal shaleh serta taqwa agar dapat menghadapi kematian dengan hati yang tenang dan menerima takdir Allah.
Dzikir dan doa merupakan dua amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Dalam Alquran Surah Al-A'raf ayat 205 disebutkan, "Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut serta dengan tidak bersuara, di waktu pagi dan petang. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." Rasulullah juga bersabda dalam sebuah hadis riwayat Abu Hurairah, "Doa adalah senjata seorang mukmin." Oleh karena itu, berdzikir dan berdoa kepada Allah adalah cara untuk mendekatkan diri kepada-Nya, memohon pertolongan-Nya, serta menguatkan iman kita sebagai umat Muslim.
Dalam Islam, rumah tangga memiliki peranan penting sebagai tempat penyebaran hidayah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Seorang laki-laki tidak pernah mendapat nikmat yang lebih baik setelah keimanan daripada seorang istri yang salehah; jika ia memerintahkan istrinya, maka ia taat padanya dan jika ia melihat kepadanya, maka ia senang padanya." (HR. Muslim). Oleh karena itu, menjaga keharmonisan rumah tangga dengan adab dan kasih sayang merupakan salah satu kunci penting dalam membuka pintu hidayah bagi keluarga tersebut.
Menegaskan keimanan dan ketaatan dalam beragama merupakan hal yang penting dalam Islam. Dalam Al-Quran Surah Ali Imran ayat 102 disebutkan, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." Hal ini menunjukkan pentingnya menjaga keimanan hingga akhir hayat. Rasulullah juga bersabda, "Seseorang tidak sempurna imannya sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." Dengan demikian, ngegas dalam beragama menandakan kesungguhan dan ketegasan untuk menjalankan ajaran agama dengan penuh keyakinan serta pengabdian yang tulus.
Kisah Abu Thalib memberikan pelajaran penting tentang kekuatan iman dan kesabaran. Meskipun beliau tidak memeluk agama Islam, Abu Thalib tetap mendukung Nabi Muhammad dalam dakwahnya meskipun menghadapi berbagai rintangan dan tekanan dari kaum Quraisy. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya dukungan keluarga dalam menjalankan ajaran agama, meski pada akhirnya keputusan berada di tangan Allah. Kisah Abu Thalib juga menunjukkan bahwa keteguhan hati dan keyakinan akan membawa keberkahan serta perlindungan dari-Nya bagi orang-orang yang bersikap adil dan jujur dalam menjalani hidup mereka.
loading
Comments (11)

topx drajad

masyaallah, barokallahufiik

Jun 6th
Reply

Lancelot

asalamualaikum...

Oct 5th
Reply

Yudi Apriyanto

Assalamu'alaikum, jazakallahu khairan, terimakasih telah ada channel ini, semakin muda mengakses dan mendengarkan dakwah dakwah sunnah.

Jan 30th
Reply

Alisha

kalo udah isi ceramahnya ngomongin orang pasti udah ga bener, selalu hati2 sama orang yang seperti ini.

Nov 27th
Reply

Fachrozy Anwar

Saya senantiasa mengikuti kajian ini jika Ustadz Syafiq adakan siaran langsung di facebook

Mar 25th
Reply (1)

Fathurrohman Siliwangi

jejaaak

Mar 11th
Reply

Dipo Alam Darmawan

Anda tidak menuliskan kontradiksi yang ada disini?

Jan 29th
Reply

Ismartono Mus

Masya Allah

Nov 24th
Reply

Ummah Ittiba Sunnah

Alhamdulillah.. Terbaik

Nov 24th
Reply

Pranidimas Pratama

Nggak bisa di putar dan download, perbaiki dong

Feb 24th
Reply