''Jika semalam adalah pamitmu yang terakhir,aku sudah akan mulai belajar hampa, belajar sunyi,mungkin sudah kubiarkan api di dadaku padam lebih awal.''
'Aku membencimu, bilamana mentafsir diriku sendiri tak lagi menjadi kepakaranku, aku membencimu.'
" Suatu saat masanya akan muncul, untuk aku melepaskanmu, dengan keikhlasan yang paling utuh."
"Panggillah namaku, aku akan selalu menyambutmu, meski kini hanya dalam doa sepiku."
"Dan kau akan selalu ku kenang, sampai pada redha Tuhan, mengejutku, dengan penerimaan."
"Aku cuma mahu tidur, bukannya tersenyum-senyum sendirian, mengalahkan anak kecil melihat pertunjukan."
"Dan suaramu yang gemersik, masih bermain-main, seperti gesekan biola tanpa henti."
"Walau tahun berlalu begitu dingin, kutaha melupakanmu, takkan lenyap dari akal kecilku."
"Racun apa yang kau taruk dalam tubuhku? Masih saja teringatkanmu, menjelma dalam fatamorgana."
"Jadilah bintang di gelap malamku, bintang yang selalu ada dan tak sirna hingga hujung waktu."
"Kau juga berlumba-lumba menjadi sama seperti mereka, menjadi nakhoda kapal cinta yang sia-sia."
Berusaha menjadi segalanya di hadapan orang yang tak menghargai akan membawa kita kepada sia-sia dan buang masa.
"katamu percintaan yang takkan menemu perpisahan, malah kau pergi dan membuangku seperti sampah hanyut di tengah lautan, yang entah kapan akan dikutip semula"
Disebalik Puisi: Jika Semalam Hari Terakhirmu.
Seandainya kita tahu bila seseorang akan pergi meninggalkan kita, kita pastinya akan menjadi yang terbaik baginya dari awal.