Discover
RASA

RASA
Author: Alwalian Noko Jati x Roro Mega Cahyaning 'Azmi Riyandani
Subscribed: 0Played: 4Subscribe
Share
Description
Lima bagian sederhana, bahasa dari lima indra. Kau maknai larik-larik puisi ini melalui rasa sebagai media. Selamat mendengar dan membaca, rampaian sastra Lima dari Lima.
35 Episodes
Reverse
...Perempuan itu masa mudanya dibalut resah. Dulunya ia pernah bermimpi kelewat indah. Membangun bahtera yang abadi tanpa celah. Lantas sekarang ia biarkan bahteranya terbaring. Di bawah tumpukan kesedihan yang beriring...
...Melakukan banyak gerakan kecil yang mewah. Menyisir rambut, menyeduh kopi, tertawa renyah. Tiada hari yang tak rindu waktu berserah. Saat kau rasa meraba aspal melahirkan lelah...
...Menahun ku butakan dengarku. Tak kunjung hadir suara beratmu. Ku tutup erat riuh sunyi bertemu. Agar tenang kau bungkam rindu...
...Puisi jadi anak kecil di mana rekreasi kata jadi nama-nama. Ku harap-harap temukan setitik, tak ada kata merintik. Ku cari-cari barangkali ada di antara bangkai cantik. Tetapi tak ku temukan apa-apa, tak punya siapa-siapa. Dirimu hanya, bayangmu saja, bersama banyak derita...
...Pagi tadi aku berpaspasan dengan kata bangkai. Pada jalan yang sama kami menguntai bingkai. Kali ini tak terendus bau busuk dalam angin. Sebab tanpa diminta aku sendiri tak ingin. Ku lihat di kejauhan ada sepasang yang jatuh...
...Berpindah dari halaman-halaman buku dan deret lagu. Semula ku pikir kemampuanku menikmati senang itu hilang. Tapi nyatanya temu pelarian menuntun jalanku untuk pulang...
...Orang-orang berangkat dan menunggu. Hiruk pikuk pikiran meniadakanmu. Pada waktu terluka mereka melagu. Di dalam hatimu kau terlambat menyadari...
...Melintas di atasmu dengan sangat cepat. Habis saja digempur hari-hari tak hebat. Besi pun lekang waktu, manisku. Berusaha mengingat siapa dirimu. Kau pun lekang mengenang aku...
...Musik di telingamu kau pikir akan abadi. Padahal temanmu itu patah hati. Dijatuhkan pun sudah berkali-kali. Jari-jemarimu masih sudi menemani. Rambutmu masih terikat dengan rapi. Luka itu katamu makanan sehari-hari...
...Aku pun masih tidak tahu. Apa penyebabnya itu kamu. Karena apa yang kamu lakukan. Masih ku ingat di barisan depan. Tidak membentak. Aku tidak dijadikan samsak...
...Tapi kenapa aku jadi meluruh. Tengah bicara lantas mengeluh. Perasaanku tumbuh tak penuh. Lantas salah karena tak utuh. Ternyata salah ku titip percaya...
...Otak tak bisa lagi ku ajak diskusi. Hilang inspirasi untuk susun puisi. Hilang gairah sekedar jalani hari. Memang jahat si depresi ini. Duniaku ditusuk berkali-kali. Katanya tak semua sesuai janji...
...Sesungguhnya benar kekasih. Yang ku takutkan hanya bersedih. Jalan pikiran pun alasan kau tebas habis. Lantas kau marah kalau aku menangis. Tapi sayang kamu tidak boleh lupa. Aku berpijak karena tak tahu ini semua...
...Dibuat olehnya ku rasa sendiri. Karenanya ku berhenti mencari. Otakku masih bekerja dengan baik. Wajahku juga masih dibilang cantik. Sering dibilang sulit untuk dipetik. Tapi memang dasar manusia licik...
...Kau gaungkan lagi salah masa lalu. Lantas kau injak diri sesak ku teriak. Tawamu keras tindih tangis terisak. Lagi-lagi kau buat berantakan. Jatuh ke dalam lubang pemakaman. Dengan hati-hati kau menjadi bahaya...
...Cemas berlebih sedih membrutal. Depresi karena kurang minum air. Tapi memang esnya susah mencair. Menahun sama-sama kita tunggu. Yang ada malah kita yang beku...
...Sayang, ibu tidak muluk berjanji menjagaku. Karena ia tahu aku cukup mandiri melakukan itu. Ia yang diam-diam dari belakang menyaksikanku. Sayang, kau tahu masalahnya bukan itu...
...Tapi sudah berhari-hari kosong ini belum terisi. Berharap ibu datang memeluk lagi berkali-kali. Tapi yang ada ketakutan semakin menjadi-jadi. Resah diri karena belum terbentuk sosok pribadi. Ingin jadi seseorang yang dulu ibu sering impi...
...Aku bicara saat kamu menangis. Diteriaki ini itu yang keji dan bengis. Aku bicara saat kamu ingin tidur. Saat kamu mau peluk dan mulai melantur. Aku bicara saat kamu bangun pagi. Yang kamu mau cuma aku untuk obati...
...Digilai sepi pun sudah langganan. Ibu pernah berpesan perihal patah hati. Tapi bodoh ku melangkah tak hati-hati...






















