DiscoverReflektiva
Reflektiva
Claim Ownership

Reflektiva

Author: LSHI Abhipraya

Subscribed: 0Played: 0
Share

Description

A political reflection podcast by Gaffar Mu'aqaffi and Kevin Ali Sesarianto.
61 Episodes
Reverse
Entah mengapa, jagat maya senang sekali mempermasalahkan hal-hal yang sebetulnya tidak perlu dimasalahkan. Citayem Fashion Week, misalnya. Ada banyak hal yang menjadi problematis dari hobi yang sebetulnya biasa saja: mulai dari ruang publik hingga dikaitkan dengan unsur LGBT. Yang kami bahas pada Selentingan kali ini ialah fakta bahwa hobi si miskin bisa dibajak oleh si kaya untuk urusan komodifikasi.
Kami mengundang Mas Giri Ahmad Taufik, dosen STH Jentera, untuk membicarakan UU Cipta Kerja. Kami menanyakan bagaimana undang-undang tersebut menciptakan atau tidak menciptakan job security untuk bangsa.
Beberapa waktu yang lalu, ada seorang insinyur yang bekerja untuk pemerintah yang menyiratkan keengganan untuk belajar HAM. Dia juga mengumpankan bola ke "anak sosial": mau belajar teknik? Kami mencoba untuk memperkeruh suasana – maksudnya, mencoba untuk menimbang-nimbang mengapa komunikasi lintas-disiplin tidak berjalan harmonis demi bangsa yang lebih berakhlak.
Beberapa waktu yang lalu, salah satu kedai minuman yang sudah tersebar di Jakarta mendapatkan hujatan di media sosial terkait tindakan promosinya. Kedai tersebut memberikan promo khusus dengan nada menistakan agama. Pada episode kali ini, kami membicarakan hal tersebut.
Revolusi PT KAI dimulai dengan revolusi upah yang lebih adil bagi pegawai-pegawainya. Seharusnya, jika ingin mengedepankan kualitas dalam penyelenggaraan negara, hal ini yang diperhatikan oleh pemerintah. Kami mengundang Ibu Kanti Pertiwi, yang sudah terkenal dengan aktivismenya yang vokal di Twitter dalam perkara ini, untuk membicarakan soal keadilan dalam lingkungan kerja PNS.
Pada episode kali ini, kami membahas soal kemarahan warga dalam perkara rendang babi yang restorannya sudah tutup sejak dua tahun yang lalu.
Kami berduka atas kehilangan putra dari Ridwan Kamil. Dalam momentum kedukaan ini, kami membahas tentang kedukaan kami di masa lalu yang menjadikan kami seperti sekarang ini. 
Layoff besar-besaran di startup membuka mata kita mengenai pentingnya semangat dan perlawanan kolektif dari pemberi kerja yang sering kali semena-mena. Kami berbicara dengan Mba Nabiyla Risfa Izzati, mahasiswa doktor di QMUL, untuk bertanya mengenai alasan pekerja di SCBD tidak berserikat dan apa yang serikat bisa berikan kepada kawan-kawan di SCBD.
Sebetulnya tidak ada yang tahu persis kapan Reflektiva berulang tahun, tapi kami selalu ingat drama dan dinamika di balik pembentukan Reflektiva. Terima kasih sudah menemani perjalanan kami, teman-teman.
Akhir-akhir ini, tema KKN menjadi perbincangan di media sosial karena rilisnya KKN di Desa Penari di bioskop. Terlepas dari kisah horor yang hampir selalu menyelimuti perjalanan KKN, hampir selalu ada juga kisah romansa dan perpecahan pertemanan. Di episode ini, kami menceritakan kisah KKN kami.
Jurnalisme menjadi pilar demokrasi karena ia menjadikan capaian dan kezaliman negara terang benderang. Namun, jurnalisme kritis – yang ingin membawa suara-suara termarginalisasi – memainkan peran yang lebih spesifik dalam pilar tersebut. Kami mengundang Mas Mawa Kresna dari Project Multatuli untuk membicarakan peran tersebut.
Banyak yang baru dari Idulfitri tahun ini, setidaknya dari sudut pandang kami. Pertama, beberapa dari kami merantau, sehingga sekarang kami mulai merasakan makna mudik sebagai pribadi individual. Kedua, ini adalah pertama kali mudik Idulfitri diperbolehkan selama pandemi. Ketiga, (lagi-lagi personal) ini mungkin pertama kalinya kami diminta THR oleh keluarga. Di episode ini, kami memperkenalkan co-host baru, namanya Anita.
Bagaimana melihat Ramadan dalam angka? Kami tidak tahu; oleh sebab itu, kami mengundang Mas Dzulfiqar Fathur Rahman (Joel) untuk membicarakan berkah dalam angka. Joel membawa potret (agak) buram dari Ramadan kali ini: harga kerupuk naik, beberapa komoditas lain juga naik signifikan, kecuali beras. Untuk meringankan keburaman perbincangan kami, kami membawakannya dengan canda tawa.
Dalam episode ini, co-host Gaffar membicarakan ilham yang didapatinya ketika ia mendengar khotbah Jumat mengenai berbaik sangka. Ia membagikan kepada kita cara untuk berbaik sangka terhadap sesama dan terhadap Tuhan.
Dalam kondisi lemas, kami merekap bagaimana kami dengan suka cita menghabiskan Ramadan kami yang masih beberapa hari tahun ini. Kami memperbincangkan masjid salah satu kampus yang jadi perbincangan karena mengundang berbagai tokoh nasional untuk membicarakan berbagai hal. Kami mendoakan semoga Ramadan semua orang membawa berkah dan kebahagiaan.
Invasi Rusia di Ukraina tidak selesai-selesai. Ini saja sudah mengkhawatirkan. Namun, yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah jarang dibahasnya perang di luar medan perang itu sendiri. Kami mengundang Mas Radityo Dharmaputra, mahasiswa doktoral di Tartu Ülikool (University of Tartu) di Estonia untuk membicarakan berbagai hal, mulai dari konseptualisasi emosi dan transitional justice di Hubungan Internasional hingga dampak pembahasan media Indonesia mengenai Ukraina yang melukai hati orang-orang Ukraina. 
Rasanya judulnya sudah menggambarkan isinya: pawang hujan di Mandalika. Fenomena tersebut mengundang banyak komentar netizen. Kami menambah keruh suasana dengan ikut berkomentar.
HI di Indonesia sedang (atau selalu?) mencari jati dirinya. Bagaimana kita mempelajari HI? Siapa yang boleh menentukan cara belajar HI di Indonesia? Kami mengundang Mas Ahmad Rizky M., kandidat doktor dari University of Queensland, kami undang untuk membicarakan hal ini. Mas Umar membicarakan mengenai bagaimana caranya menjadi inklusif, mulai dari membangun standar keilmuan yang 'punya kita' hingga menjadikan suara semua orang bisa diakomodasi dalam HI kita yang berbelas kasih. Perjuangan masih panjang, termasuk juga mendisrupsi hegemoni universitas-universitas tertentu dalam mengkaji HI.
Dalam episode kali ini, kami membahas prinsip demokrasi yang kami yakini, bahwa demokrasi harus selalu dibeli dengan harga mahal untuk kebaikan kita bersama. Hal-hal yang melunturkan demokrasi seperti penambahan periode jabatan presiden sudah layak dan sepantasnya dicurigai.
Episode ini terasa personal karena hal yang dibahas terlalu dekat dengan keadaan kami sekarang. Kami memperbincangkan persoalan memiliki hunian bagi kaum muda dengan Mba Miya Irawati dari Public Virtue Research Institute. Berbeda dengan episode kami yang lain yang biasanya hanya membawa masalah, kali ini Mba Miya membawa angin segar dengan membicarakan juga penyelesaian yang tidak sering diketahui.
loading
Comments