DiscoverReligio Vibes
Religio Vibes
Claim Ownership

Religio Vibes

Author: Dede Setiawan

Subscribed: 1Played: 1
Share

Description

Agama jadi istilah yang sakral dan tabu untuk kita ucapkan apalagi untuk kita perbincangkan. Takut dikata SARA, takut dikata Menista, dan rakut dikata masuk neraka. Padahal, itu selalu ada dalam setiap sendi kehidupan kita. Mulai dari budaya, sosial, politik, ekonomi, media, hukum, dan gaya hidup lainnya. Sampai polemik dan konflik pun banyak juga yang dipengaruhinya. Dalam upaya PENYANTUYAN KEBERAGAMAAN, RELIGIO VIBES hadir sebagai wujud keresahan anak bangsa akan semua hal yang melulu dikit-dikit agama. Bersama, kita akan ngocehin itu semua.
9Β Episodes
Reverse
Selain kemajemukannya, Indonesia dikenal sebagai negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia. Setidanya 90% penduduk Indonesia beragama Islam. 10% lainnya menganut agama resmi dan agama lokal di Indonesia. Namun, apakah benar Islam itu mayoritas di Indonesia? Atau hanya sebagian faksi dari Islam saja? Misal, hanya di dominasi oleh Ahlusunnah saja? Di podcast kali ini, aku ngomongin bagaimana mematahkan pandangan bahwa Islam di Indonesia adalah Mayoritas. Melihat dari apa orientasi firqah mayoritas Islam di Indonesia. Kita bisa menyimpulkan; yang mayoritas itu Islam-nya atau Firqoh-nya (?) Selamat mendengarkan dan selamat panas ceuli 😁
Musikalisasi Puisi karya KH. Mustafa Bisri (Gus Mus) β€” ditengah pandemi ini, puisi Gus Mus yang satu ini amat sangat relevan. Kita acapkali hanya meminta maaf pada tataran hablu minannas saja. Sehingga melupakan hablu minalalam. Karena telah nampak kerusakan yang ada di darat dan di laut itu disebabkan oleh ulah tangan manusia, maka meminta maaf pada alam amat bijak rasa nya.
Jangan dulu menilai episode kali ini adalah sebuah upaya menistakan agama, Ya! Pendengar yang Budiman πŸ€—. Budayakan baca deskripsi untuk dijadikan sebuah pengantar. Podcast ini ngomongin soal Penistaan Agama. Bagaimana sepak sejarahnya dan bagaimana opini saya sebagai seorang pembelajar studi agama memandang kasus penistaan atau penodaan agama. Di Indonesia sendiri, kasus penistaan dan penodaan agama beberapa kali terjadi dan menjerat korban sampai terjerumus kedalam jeruji besi. Dari mulai kasus Ahmad Musadeq dengan sinkretisme agama-nya melalui Gerakan Fajar Nusantara; Komunitas Syiah pimpinan Tajul Muluk di Sampang Madura; Kasus Al-Maidah 51-nya Ahok; Sampai kasus speaker masjid-nya Ibu Meliana. Semua kasus yang terjadi, bermuara pada satu hal: karet-nya UU Penodaan Agama. Diantaranya ada Pasal 156 KUHP dan Dekrit Presiden No. 1/PNPS/1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan Penodaan Agama. Pasal tersebut rentan dipolitisasi dan dimanfaatkan untuk mendiskreditkan kelompok-kelompok rentan. Saya, bersama Muhammad Suwanda Hadiansyah a.k.a Ubed, salah seorang mahasiswa Hukum Tata Negara UIN Bandung. Kita ngocehin kemelut itu dalam episode podcast Religio Vibes kali ini. Selamat mendengarkan dan Panas Ceuli 😁
Durkheim bilang, kita bermoral karena kita hidup di dalam masyarakat. Terkadang kita berusaha terlihat baik karena tuntutan fakta sosial. Tidak hanya pada kehidupan sosial yang berbasis kemasyarakatan seperti circle pertemanan atau circle di institusi-institusi. Tapi juga dalam hal asmara. Kita merasa akan disenangi oleh lawan jenis saat kita memiliki moral dan religiusitas tinggi. "Eh, aku pinjam nama kamu di β…“ malam nanti. Untuk ku negosiasi-kan bersama Tuhan." Perempuan mana yang tak tersanjung dengan kata-kata rayu yang amat penuh moral yang religius tersebut. Atau, "Kamu jangan lupa solat ya, selalu jaga wudhu nya. Biar cantiknya nambah." Ungkapan-ungkapan tersebut dibalut bumbu-bumbu kesalehan agar tidak hanya manis, tetapi juga agamis. Saya bersama Adella Nadhifa dan Nicka Saputri, ngoceh sana-sini ngomongin itu. Selamat mendengarkan dan selamat panas ceuli 😁.
Agama memiliki dimensi kepercayaan. Dan kepercayaan dalam suatu agama mestilah bisa dipertahankan kebenarannya oleh para penganutnya (bila memang meyakini bahwa agama yang mereka anut adalah benar). Sebab tidak menutup kemungkinan seorang penganut agama tertentu mengalami apostasi atau keingkaran terhadap agama yang dianut-nya. Untuk menghindari hal semacam itu, maka para penganut agama harus-lah memiliki dasar argumentasi mengapa ia menganut agama tertentu dan mengklaim kebenarannya. Dan disanalah peran filsafat sebagai alat yang berupaya merasionalkan suatu konsep keagamaan. Filsafat membantu para pemeluk agama untuk senantiasa memperoleh argumentasi logis mengapa mereka menganut agama yang mereka yakini benar. Bersama kawan saya, Ilham Maulana, kami ngoceh sana sini akan perlunya ke-Rasionalan dalam beragama. Agar tidak terjerumus pada eksklusifitas dan klaim kebenaran secara sepihak. Selamat panas ceuli 😁
Kajian Budaya dalam studi agama-agama menjadi diskursus yang penting. Sebab Budaya menjadi salah satu pendekatan dalam mengkaji agama. Namun, itu sering kali menimbulkan perdebatan yang berkepanjangan. Agama dan Budaya seakan menjadi sesuatu yang bertolak belakang dan tidak dapat dipadukan. Padahal, sadar ga sadar, agama adalah produk akal budi manusia saja. Kalopun pendikotomian adanya agama tuhan dan agama manusia, maka kita terlalu naif untuk membuka mata kita bahwa agama sejatinya memang hasil dari interprestasi manusia saja. Banyaknya pengklasifikasian agama dari mulai agama abrahamik dan agama non-abrahamik, agama universal dan agama lokal, agama samawi dan agama ardi. Menjadikan pemahaman kita terhadap agama menjadi sangat diskriminatif. Sebab pembendaharaan kata kita untuk membahasakan agama sangatlah terbatas. Maka perlulah kita menggunakan sudut pandang kebudayaan guna memahami realitas keberagamaan yang beragam ini. Terlepas dari doktrin-doktrin teologis, agama adalah konstruk budaya yang melahirkan nilai-nilai. Silahkan, selamat mendengarkan ocehan-ku 😁😁
Sadar gak sadar, percaya ga percaya, para sarjana agama itu masih kebingungan dengan definisi agama. Pertanyaan medasar kaya "Apa itu Agama?" Menjadi momok yang bikin setiap sarjana agama mengerutkan dahi mereka. Definisi-definisi agama yang ada saat ini adalah produk dari para sarjana. Menurut Sejarawan Agama, Jonathan Z. Smith, agama itu bukan istilah asli. Melainkan istilah yang dibuat oleh para sarjana untuk kepentingan tujuan intelektual mereka. Dan bermuara hanya pada permainan liguistik belaka. Hal tersebuh membuat definisi agama belum rampung dan mutlak. Dan mungkin tidak akan rampung. Sebelum ada satu definisi yang mampu mengadopsi setiap wajah keberagamaan yang ada di Dunia. Dan itu adalah tugas dari para sarjana agama. Selamat mendengarkan ocehan-ku ini wkwk 😁😁
Pendengar Yang Budiman, ini adalah Religio Vibes. Spot podcast yang ngomongin seputar kajian agama, budaya, dan isu-isu kontemporer. Hadir guna mencerahkan kehidupan bangsa. Bukti kontribusi dalam mewujudkan tujuan Indonesia sebagai negara yang berdaulat. Podcast ini akan memuat kajian-kajian studi agama, budaya, seta isu-isu kontemporer yang terkait, yang dikemas dengan ringan dan bisa lebih diserap oleh khalayak ramai. Selama beberapa dekade terakhir, studi agama-agama menjadi trandsetter kajian yang memikat banyak peminat. Sayangnya itu diluar negeri, bukan di Indonesia. Padahal, bila dikembangkan dan disosialisasikan kepada khalayak ramai, bagaimana studi agama itu dikaji dan apa-apa saja yang dikaji-nya. Ruang lingkup dan tujuan serta manfaatnya bagaimana, niscaya kehidupan berbangsa dan bernegara akan jauh lebih rukun dalam bingkai bhinneka tunggal ika. So, dukung spot podcast ini dengan keep stay tuned tiap kali publish episode-nya 😁
RLGBVS (A Trailer)

RLGBVS (A Trailer)

2020-05-0100:59

Agama jadi istilah yang sakral dan tabu untuk kita ucapkan apalagi untuk kita perbincangkan. Takut dikata SARA, takut dikata Menista, dan rakut dikata masuk neraka. Padahal, itu selalu ada dalam setiap sendi kehidupan kita. Mulai dari budaya, sosial, politik, ekonomi, media, hukum, dan gaya hidup lainnya. Sampai polemik dan konflik pun banyak juga yang dipengaruhinya. Dalam upaya PENYANTUYAN KEBERAGAMAAN, RELIGIO VIBES hadir sebagai wujud keresahan anak bangsa akan semua hal yang melulu dikit-dikit agama. Bersama, kita akan ngocehin itu semua.
CommentsΒ