DiscoverNgobrol Dilit CfDS
Ngobrol Dilit CfDS
Claim Ownership

Ngobrol Dilit CfDS

Author: cfdspodcast

Subscribed: 0Played: 0
Share

Description

Ngobrol Dilit (Ngobrolin Digital Lifestyle) adalah serial podcast dari Center for Digital Society (CfDS) UGM yang membahas isu-isu menarik seputar dunia digital.
59 Episodes
Reverse
Dalam episode ini, Project Officer of Research CfDS UGM, Amelinda Pandu bersama Social Media Coordinator CfDS Noel Silalahi ngobrol Google Trends 2019, yaitu search terpopuler di Google  Indonesia di sepanjang tahun 2019. Obrolan ini sekaligus merefleksikan apa saja yang sudah terjadi sepanjang tahun ini.
Dalam episode ini, Peneliti Digital Intelligence Lab CfDS UGM, Vidiskiu Fortino Kurniawan bersama Social Media Coordinator CfDS Noel Silalahi ngobrol tentang kabinet Indonesia Maju yang baru saja diumumkan oleh Presiden Joko Widodo. Kira-kira seperti apa hasil penelitian tentang topik yang sedang hangat ini?
Dalam episode ini, Peneliti Digital Intelligence Lab CfDS UGM, Paska Darmawan bersama Project Officer of Partnership Division CfDS Raka Wicaksono ngobrol tentang lanskap Spotify di Indonesia berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan.  Silahkan kunjungi situs ugm.id/spotify untuk membaca penelitian lengkap yang dibicarakan dalam podcast ini
Dalam episode kali ini, Project Officer of Research Janitra Haryanto bersama Ellyaty Priyanka, Content Contributor CfDS dan narasumber dari Ruang Aman Kampus, komunitas yang memiliki concern khusus di bidang kekerasan seksual di kampus. Simak pembicaraan seru mereka dalam Ngobrol Dilit episode 3!
Dalam episode ini, kami membahas seputar urgensi dan kesiapan edukasi sex online di Indonesia, khususnya dalam konteks masyarakat digital saat ini. Project Officer of Research Division dari Center for Digital Society (CfDS) UGM, Anaq Duanaiko menjadi narasumber dalam pembahasan menarik ini.
Setelah 2 tahun merayakan Hari Raya Idul Fitri secara daring, tahun ini sudah bisa merayakan secara luring. Apa saja perbedannya? Mari kita bahas bersama, Smart People!
Arus informasi di media sosial datang begitu cepat, beragam komentar dan beragam reaksi yang diberikan oleh para penggunanya. Akan tetapi terkadang reaksi yang salah dan berlebihan menimbulkan sesuatu yang tidak baik, bagaimana seharusnya kita menanggapi fenomena tersebut?
2022 menjadi tahun yang cukup berwarna, mulai dari situasi pandemi yang belum mereda hingga banyak fenomena yang viral melalui media sosial. Apa saja yang sudah terjadi sepanjang tahun ini? Mari kita obrolin bareng-bareng, Smart People!
Pandemi COVID-19 telah memberikan perubahan yang signifikan terhadap budaya kerja di seluruh dunia. Kebijakan pembatasan yang ditetapkan oleh pemerintah di setiap negara memaksa perusahaan-perusahaan untuk beradaptasi dengan situasi yang membatasi pergerakan pegawainya. Untuk tetap mendorong produktivitas pegawai mereka, platform-platform teleconference seperti Zoom, Google Meeting, Webex, Discord, dan lainnya semakin marak digunakan. Kini, teknologi-teknologi tersebut masih terus digunakan mengingat dengan kegunaannya yang meningkatkan efektivitas dan fleksibilitas pekerja.
Penggunaan dari AI ini cukup menarik, karena meskipun dia hanya berbentuk text-based, hasil yang didapatkan cukup akurat untuk sebuah model AI. Berbeda dengan Dall-E yang merupakan image processing AI, ChatGPT mengandalkan literatur dari Internet. Keunggulan yang sementara ini dapat dipamerkan oleh ChatGPT adalah dalam hal akurasi kata-kata yang dihasilkan.
Apa yang harus dipersiapkan ketika Smart People mengalami situasi tersebut? Mari kita obrolkan bersama pada episode berikut ini! 
Belakangan ini, hadirnya Elon Musk sebagai CEO baru Twitter telah membawa banyak perubahan melalui kebijakan-kebijakan kontroversialnya. Kebijakan tersebut tidak hanya memengaruhi pegawai operasional tetapi juga pengguna Twitter. Musk terdengar akan memberlakukan kebijakan-kebijakan yang membuat para pengguna harus membayar untuk mendapatkan privilese-privilese yang sebelumnya tidak diperlukan, misalnya centang biru, mengunggah video. Sifat yang mirip dengan Digital Authoritarianism milik pemerintah Cina juga ditemukan dari kepemimpinan Musk dengan meningkatkan moderasi konten yang dianggap menyerang dirinya. Alhasil, banyak pengguna yang menyatakan untuk berpindah haluan ke platform alternatif dan berhenti menggunakan Twitter.
Di zaman sekarang yang serba digital ini, media sosial kita merupakan sebuah extension dari diri kita sendiri. Akan tetapi hal tersebut memberikan peluang bagi orang untuk mengekspresikan diri sendiri tanpa perlu adanya khawatir orang akan mengetahui siapa dibalik akun tersebut.
Kebutuhan dicintai dan mencintai merupakan salah satu kebutuhan sosial manusia. Di sisi lain  memiliki pasangan, menikah, dan memiliki keluarga merupakan sebuah tuntutan sosial yang kerap tak terhindarkan. Kendati demikian mencari pasangan tentunya tidaklah mudah, ada banyak poin penilaian yang harus dipenuhi. Tidak hanya kriteria pasangan yang diidamkan saja, tapi bagaimana kriteria tersebut juga harus memenuhi harapan orang sekitar.
Belakangan ini, isu mengenai resesi ekonomi di Indonesia cukup hangat di media sosial. Sudah banyak sekali influencer dan konten kreator dalam bidang finance literacy kerap membuat konten membahas terkait adanya potensi resesi ekonomi Indonesia 2023. Namun, terlepas benar apa tidaknya isu resesi ini, hal yang menjadi menarik dari fenomena dari kalangan influencer ini adalah bagaimana mereka menggunakan rasa ‘takut’ sebagai senjata untuk menarik perhatian para penonton/pengikut mereka
Kalau Smart People aktif di LinkedIn, pasti nggak asing dengan postingan-postingan temen-temen startup tentang aktivitas mereka dan yang baru-baru ini, lay off besar-besaran di berbagai startup. Tentunya Smart People di umur-umur kelulusan ini pasti pernah berpikiran untuk kerja di startup kan?
Digitalisasi tidak hanya terjadi pada aspek-aspek yang berwujud tetapi juga hal-hal yang sebelumnya tidak terlihat. Salah satu contoh fenomena yang ikut mengalami ekstensi dari kehidupan sehari-hari non-digital ke dunia digital adalah pengekspresian quarter-life crisis seseorang.
Konten-konten yang ditemukan di TikTok pun bervariasi jenisnya mulai dari konten dengan topik kehidupan sehari-hari, fashion, musik, bisnis, komedi, hingga politik. Dengan demografi terbesar pengguna di usia 18-24 tahun, rata-rata waktu yang dihabiskan oleh penggunanya setiap harinya sendiri adalah 89 menit. Tentu dalam waktu yang tidak sedikit itu, arus persebaran informasi yang terjadi juga sangat banyak.
Bagaimana menjalani hubungan yang ‘sehat’ di lautan aktualisasi hubungan yang dalam ini? Apakah semua orang ingin menjalani couple goals? 
Teknologi mampu mempersingkat jarak dan memberikan ruang untuk kita mengenal hingga membuat hubungan dengan orang baru. Bahkan dalam sekejap seseorang bisa menemukan dan menghubungi pasangannya melalui internet. Lalu, menarik untuk dilihat bagaimana kemajuan teknologi ini berpengaruh terutama pada hubungan asmara?
loading
Comments 
Download from Google Play
Download from App Store