DiscoverStudi Biblika: Pendalaman Alkitab Praktis dan Renungan Kristen Sehari-hari
Studi Biblika: Pendalaman Alkitab Praktis dan Renungan Kristen Sehari-hari
Claim Ownership

Studi Biblika: Pendalaman Alkitab Praktis dan Renungan Kristen Sehari-hari

Author: studibiblika.id

Subscribed: 2Played: 193
Share

Description

Pembahasan Alkitab praktis dan renungan singkat yang akan memperkaya hidup Anda dalam kebenaran firman Tuhan.
63 Episodes
Reverse
“Apakah Kekristenan adalah sebuah agama?” KBBI menjabarkan agama sebagai “ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.” Menurut definisi ini, Kekristenan bisa digolongkan sebagai agama. Namun demikian, ada perbedaan mendasar antara Kekristenan dengan agama-agama lainnya di dunia. Semua agama mengajarkan pemeluknya untuk berusaha meraih yang lebih tinggi (entah berupa surga, nirwana, atau yang lain). Caranya? Dengan mematuhi perintah agama, melakukan berbagai ritual keagamaan, dan berbuat baik. Agama-agama mengajarkan bagaimana manusia bisa mencari Tuhan dan berusaha untuk bisa hidup layak di hadapan-Nya. Berbeda dengan itu, Alkitab menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang benar dan sungguh-sungguh mau mencari Allah (Rm. 3:11-12). Semua manusia sudah jatuh dalam dosa, dan karena itu, sesaleh apapun hidup mereka, tidak ada yang layak di hadapan Allah (Yes. 64:6).
Ketika memasuki tahun yang baru, orang berharap tahun ini lebih baik dibanding tahun yang lalu. Maka tidak heran banyak ucapan selamat tahun baru yang dibumbui dengan harapan akan kesuksesan, kesehatan, dan kelimpahan. Tetapi, apakah itu pasti terwujud?  Banyak orang yang mencari-cari panduan di tahun yang baru. Kira-kira, apa yang terjadi dengan perekonomian, dan bagaimana saya mengatasinya. Teknologi apa yang akan berkembang, dan bagaimana saya bisa mengambil untung. Bahkan tidak sedikit orang yang percaya dengan ramalan. Sejarah membuktikan, tidak ada satupun panduan yang 100% layak dipercayai. Apalagi, jika kita mengingat bahwa panduan-panduan itu diberikan oleh manusia yang mahaterbatas. Tetapi, Tuhan Yesus, sebagai Gembala yang Baik, panduan-Nya layak kita percayai.
Manusia cenderung untuk meninggikan dirinya sendiri. Sehingga, tidak terima jika merasa direndahkan. Inilah akar dari konflik. Padahal, Kristus telah rela merendahkan diri-Nya demi menebus kita.
Banyak orang yang menyesal karena mereka belum bisa menyenangkan orang tua mereka ketika masih hidup. Namun, Alkitab mengajarkan bahwa kita masih bisa menghormati orang tua bahkan ketika mereka telah tiada. Bagaimana caranya? Mari simak renungan ini.
Sebuah survey kesehatan jiwa terkait Covid 19 yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) di tahun 2021 menemukan bahwa dari sekitar 1500 responden yang tersebar di seluruh Indonesia, 68% mengalami kecemasan, 67% mengalami depresi, dan 77% mengalami trauma psikologis. Fakta ini membuktikan ajaran Alkitab bahwa hidup di dunia penuh dengan kesukaran dan penderitaan (Mzm. 90:10). Ada banyak kemungkinan bagaimana kita mengalami penderitaan. Bisa karena bencana alam, bisa karena kejahatan orang lain, atau juga akibat kecerobohan kita sendiri. Tidak jarang, penderitaan yang kita alami tersebut bersifat luar biasa dan datang secara tiba-tiba. Siapkah kita menghadapinya?
Apa perlunya berdoa jika Tuhan yang berdaulat? Jika kita tidak memahami kuasa doa, maka kita tidak akan pernah menjadi seorang pendoa. Kita akan terjebak pada pola hidup orang-orang di dunia ini,  yang percaya bahwa nasib mereka ditentukan oleh usaha mereka sendiri.
Kekhawatiran tentang uang merupakan hal yang manusiawi. Sebagai orang percaya, keadaan ini juga merupakan ujian bagi iman kita.  Jika tidak ditangani dengan baik, kekhawatiran tentang uang bisa memicu kita untuk mengambil langkah yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Padahal, Tuhan tidak menutup mata terhadap persoalan keuangan yang dihadapi anak-anak-Nya. Salah satu buktinya, Roh Kudus mendorong penulis surat Ibrani untuk membahas persoalan ini pada para pembaca suratnya. Bagaimana kita harus menghadapinya?
Apakah jika seseorang bisa memanfaatkan potensinya dan meraih kesuksesan, hidupnya akan bermakna? Ternyata tidak. Dunia penuh dengan kisah orang-orang yang tetap merasa depresi walaupun mereka sedang berada di puncak kejayaan mereka. Jika demikian, bagaimana kita harus menjalani hidup ini supaya bermakna? Pertanyaan semacam ini pernah dipikirkan oleh orang-orang pada masa lampau. Salah satunya, apa yang dituliskan dalam kitab Pengkhotbah.
Tidak dapat dipungkiri, pelayanan Kristen adalah jalan hidup yang tidak mudah. Di sepanjang perjalanan, kita akan diperhadapkan pada berbagai hal yang bisa membuat langkah kaki goyah. Mulai dari tantangan yang berat hingga godaan yang sangat menggiurkan. Namun di tengah semua itu, selalu saja ada teladan iman yang mampu menyelesaikan pelayanannya hingga akhir. Salah satunya adalah Paulus. Apa rahasianya?
Tidak semua di antara kita akan dipanggil Tuhan untuk menjadi martir. Dalam arti, orang yang mati karena mempertahankan iman (tetapi kita harus siap). Namun, kita semua dipanggil untuk menjadi saksi (Yun. μάρτυς) Kristus dalam hidup sehari-hari. Tidak jarang, itu akan membawa kerugian pada diri kita. Tetapi, bisa menjadi kesaksian yang efektif. Seperti halnya Stefanus.
Mengapa ada orang Kristen yang merasa hidupnya tidak spesial? Bahkan, merasa susah karena ada trauma masa lalu atau kepahitan-kepahitan hidup lainnya. Marilah kita belajar dari doa Paulus dalam kitab Efesus ini untuk membuka rahasia bagaimana kita bisa merasakan sukacita yang berasal dari Tuhan, apapun kondisi kita.
Sebagian orang Kristen berpikir bahwa kenikmatan hidup itu urusan nanti di surga. Ketika berada di dunia, menikmati hidup adalah tabu. Bukankah itu yang diteladankan oleh para pengikut Kristus, misalnya Paulus? Namun kalau kita menggali Alkitab, sebenarnya anak-anak Tuhan pun diajar untuk menikmati hidup. Salah satunya apa yang dipaparkan dalam Pengkhotbah 9:7-10 ini.
Apa standar kita dalam mengasihi sesama? Pelajarilah bagian ini untuk memahami bagaimana Tuhan ingin kita pun mengasihi musuh-musuh kita, bukan hanya orang-orang yang baik pada kita.
Ada pepatah yang mengatakan “to err is human.” Artinya, berbuat salah adalah manusiawi. Ada kesalahan yang konsekuensinya ringan, ada pula yang konsekuensinya berat. Tetapi ada satu kesalahan yang tidak ada obatnya, yaitu menolak Kristus, karena dampaknya kekal. Oleh sebab itu, sangat penting untuk menguji apakah kita adalah benar-benar pengikut Kristus. Kita akan belajar dari kesalahan yang dilakukan oleh Yudas Iskariot.
Mukjizat, atau kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh akal manusia, merupakan sebuah fenomena yang sangat sering muncul di dalam Alkitab. Sampai sekarang pun, masih banyak orang Kristen yang mengharapkan atau mengagung-agungkan mukjizat. Bahkan banyak pengkhotbah yang menjadikan mukjizat sebagai daya tarik utama ketika melakukan KKR. Apa sebenarnya maksud Tuhan dengan melakukan mukjizat?
Bagian ini merupakan pembuka Mazmur 24, salah satu mazmur yang  dinyanyikan ketika bangsa Israel memasuki Rumah Tuhan pada masa itu. Di  dalamnya terkandung pengakuan iman bahwa Tuhanlah empunya seisi dunia  ini. Dia yang menciptakannya dan Dialah yang berdaulat atasnya.
Ada tradisi orang-orang Yahudi bagi anak-anak yang pertama kali masuk sekolah dan belajar Taurat. Mereka menjilat madu yang dioles pada abjad Ibrani. Tradisi ini dilakukan untuk mengingatkan mereka bahwa Taurat Tuhan lebih manis dibanding madu (Mzm. 119:103). Mengapa bisa demikian? Bukankah dengan adanya Taurat Tuhan, kehidupan kita malah terkekang?
Orang-orang yang ada di luar Tuhan akan menolak Kristus demi mendapat yang lain. Karena pikiran mereka belum diterangi Roh Kudus, maka mereka merasa tidak memerlukan Juru Selamat. Bahkan, rela menukar-Nya dengan orang yang sama sekali tidak layak. Inilah yang terjadi pada malam sebelum Tuhan Yesus disalib.
Sudah setahun lebih pandemi Covid-19 terjadi. Fenomena yang paling menonjol dalam dunia Kekristenan, yaitu ibadah online, menyingkapkan banyak hal. Salah satunya adalah kekudusan dalam beribadah. Mazmur 15 merupakan salah satu mazmur yang dinyanyikan oleh bangsa Israel ketika memasuki rumah Tuhan. Isinya mengingatkan untuk melihat diri sendiri, sudah layakkah saya masuk ke rumah Tuhan? (ay. 1).
Kesombongan merupakan awal kehancuran. Inilah yang dialami oleh bangsa Yehuda. Mereka merasa aman karena berkoalisi dengan sekutu-sekutunya dan menyembah allah-allah asing. Akibatnya, mereka mengalami masa yang berat dengan dibuang ke Babel. Hukuman itu diberikan oleh Tuhan untuk menghancurkan kepercayaan diri bangsa Yehuda yang terlalu tinggi dan membuat mereka bertobat (29:11-13). Hidup susah di pembuangan menyadarkan mereka untuk kembali mengandalkan Tuhan, satu-satunya Allah yang berdaulat.
loading
Comments 
loading