Kebesaran dan Kepedulian Allah
Description
Mungkinkah Allah peduli kepada semua orang ini? Pikiran itu muncul saat saya melangkah keluar dari peron kereta yang sibuk di suatu kota yang padat, ribuan kilometer jauhnya dari rumah. Saat itu saya masih remaja dan baru pertama kalinya bepergian ke luar negeri, sehingga saya tidak kuasa membayangkan besarnya dunia di sekeliling saya. Saya merasa begitu kecil dan bertanya-tanya bagaimana Allah dapat mengasihi begitu banyak orang.
Saat itu saya belum memahami cakupan yang luas dari kasih Allah yang sempurna. Dalam Kitab Suci, Nabi Yunus juga sulit memahami hal itu. Ketika Yunus akhirnya menaati panggilan Allah untuk menyerukan pertobatan kepada warga Niniwe, ibu kota Kerajaan Asyur yang dengan kejam menindas bangsanya, Israel, ia tidak ingin Allah mengampuni mereka. Namun, kota itu bertobat, dan ketika Allah tidak menghukum mereka, Yunus pun marah. Allah menyediakan tempat berteduh bagi Yunus melalui tanaman yang tumbuh tiba-tiba, tetapi ketika tanaman itu mati keesokan harinya, Yunus semakin marah. Ia mengeluh, tetapi Allah menanggapinya dengan berkata, “Engkau sayang kepada pohon jarak itu . . . . Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang?” (Yun. 4:10-11).
Allah begitu besar sehingga Dia sangat mempedulikan orang-orang yang hatinya jauh dari-Nya. Kasih-Nya bahkan dibuktikan melalui salib Yesus dan kubur-Nya yang kosong demi menjawab kebutuhan kita yang terbesar. Kebesaran Allah dinyatakan sepenuhnya lewat kebaikan-Nya, dan Dia rindu membawa kita dekat dengan diri-Nya.
Seharusnya Yunus belajar dari kasih Allah kepada Niniwe. Namun, hatinya tertutup oleh kebencian, sehingga ia tidak merasakan apa pun selain kemarahan. Meski demikian, Allah tetap mengasihi dan peduli kepadanya (4:6), sebagaimana Dia juga mengasihi dan peduli kepada kita, bahkan ketika hati kita keras. –Bill Crowder