Cerita Fiksi : Skylar dan robotnya - Season 2. Bag. 9.Live Streaming SkyApp #Alurcerita Sci-Fi
Update: 2021-06-04
Description
Mampir ke channel youtube saya Tulisan Votavato. Suga sudah menunggu Jeara keluar dari rumahnya sejak setengah jam yang lalu. Namun, Jeara tak kunjung keluar dari rumahnya. Sementara waktu terus berjalan, hingga dalam waktu 15 menit lagi Jeara tidak keluar, maka mereka akan terlambat jika berangkat dalam 15 menit lagi.
Suga sudah berkali-kali mengetuk pagar rumahnya, namun Jeara tidak kunjung keluar. Sampai akhirnya tiga sekawan yang biasanya muncul lebih awal dibanding Suga, mendadak kompak untuk bangun kesiangan.
"Suga, kenapa masih di sini? Kok, belum berangkat juga?" tanya dan sapa Venus setelah dekat.
"Jeara tidak keluar sedari tadi. Aku sudah menunggunya cukup lama di sini dan mengetuk-ngetuk pagarnya. Tapi, tak ada tanda apapun di dalam sana." kata Suga sambil menunjuk ke pintu rumah Jeara yang ada di dalam.
"Ha! Jeara masih belum keluar juga? Nggak kayak biasanya dia begitu. Tunggu, deh, aku masuk ke dalam buat cek dia." kata Venus dengan beranjak sambil diikuti Yusuf yang akan membantunya sebagai pijakan untuk melewati pagar yang setinggi bahunya itu.
Begitu ia masuk dan berada di depan pintu, suasana rumah Jeara lengang tak terdengar aktivitas sama sekali.
"Jeara! Jeara! Kamu di dalam ngapain!? Kita bakalan telat kalau berangkatnya lebih lama lagi!" teriak Venus sambil mengetuk kaca rumahnya. Tetap tidak ada sahutan. Venus lalu berjalan ke samping rumah menuju kamar yang ditiduri Jeara. Ia mengintip pada jendelanya dan tak dapat melihat apapun karena tertutup oleh tirai.
"Jeara! Jeara!" teriaknya lagi namun tetap tak ada sahutan. Venus pun kembali ke depan dengan Yusuf yang sudah ikut masuk dan bersiap jadi pijakannya Venus lagi. Seolah hal itu memang sudah biasa ia lakukan untuk Venus.
Setelah keduanya keluar, mereka akhirnya memilih untuk berangkat berempat lantaran jam sudah menunjukan waktu yang sudah cukup siang jika untuk bersantai-santai lagi.
"Mungkin Jeara sudah berangkat duluan kali." kata Raka dengan diisyaratkan oleh Venus agar Suga mengerti.
"Bisa jadi, soalnya dia cukup sering sih pada ninggalin kita buat berangkat duluan. Udah, Suga kamu tenang aja. Jeara pasti sudah ada di sekolah sekarang." kata Venus dengan menggunakan bahasa isyarat.
Suga hanya mengangguk dengan perasaan aneh yang mendadak merasuki rongga dadanya. Entah kenapa ia merasa cemas pada Jeara. Ditambah saat ia mengingat ekspresi Jeara kemarin. Sepertinya ada sesuatu yang Jeara sembunyikan darinya.
Mereka tak sempat mengobrol seperti biasanya agar cepat lekas sampai. Dan bertepatan dengan bel yang berdering, mereka akhirnya tiba di gerbang sekolah.
"Huh!" ujar keempatnya dengan membungkukan badan karena lelah. Napas mereka juga tersengal karena sedari tadi langkahnya terus diajak berjalan dengan setengah berlari.
"Tuh, benar, kan apa aku bilang." kata Venus saat mereka sudah sampai di depan pintu kelas mendapati Jeara yang sedang mendengarkan musik dari earphonenya sambil menggambar.
"Oy!" tegur Venus begitu ia melepaskan ranselnya yang ada di bangku depan meja Jeara. Jeara terkejut sampai membuat goresan tak terduga pada gambarannya.
"Yah, Venus. Gambarannya kan jadi rusak." ujar Jeara dengan wajah yang cemberut berusaha mengimpropisasi goresan tersebut menjadi sesuatu.
"Biarin. Abisnya kamu tega banget ninggalin kita berangkat duluan. Tuh, Suga lama banget nungguin di depan rumah kamu. Tapi kamunya malah berangkat duluan." kata Venus dengan suara sarat kekesalan.
"Suga, maaf. Aku tidak bermaksud ninggalin kamu duluan. Tadi aku juga lupa buat mengirimi kamu pesan untuk berangkat duluan. Maaf, ya, Ga." kata Jeara dengan matanya yang merasa bersalah.
"Kamu emangnya tadi berangkat jam berapa, Je?" tanya Raka yang duduknya di seberang dudukannya Jeara.
Suga sudah berkali-kali mengetuk pagar rumahnya, namun Jeara tidak kunjung keluar. Sampai akhirnya tiga sekawan yang biasanya muncul lebih awal dibanding Suga, mendadak kompak untuk bangun kesiangan.
"Suga, kenapa masih di sini? Kok, belum berangkat juga?" tanya dan sapa Venus setelah dekat.
"Jeara tidak keluar sedari tadi. Aku sudah menunggunya cukup lama di sini dan mengetuk-ngetuk pagarnya. Tapi, tak ada tanda apapun di dalam sana." kata Suga sambil menunjuk ke pintu rumah Jeara yang ada di dalam.
"Ha! Jeara masih belum keluar juga? Nggak kayak biasanya dia begitu. Tunggu, deh, aku masuk ke dalam buat cek dia." kata Venus dengan beranjak sambil diikuti Yusuf yang akan membantunya sebagai pijakan untuk melewati pagar yang setinggi bahunya itu.
Begitu ia masuk dan berada di depan pintu, suasana rumah Jeara lengang tak terdengar aktivitas sama sekali.
"Jeara! Jeara! Kamu di dalam ngapain!? Kita bakalan telat kalau berangkatnya lebih lama lagi!" teriak Venus sambil mengetuk kaca rumahnya. Tetap tidak ada sahutan. Venus lalu berjalan ke samping rumah menuju kamar yang ditiduri Jeara. Ia mengintip pada jendelanya dan tak dapat melihat apapun karena tertutup oleh tirai.
"Jeara! Jeara!" teriaknya lagi namun tetap tak ada sahutan. Venus pun kembali ke depan dengan Yusuf yang sudah ikut masuk dan bersiap jadi pijakannya Venus lagi. Seolah hal itu memang sudah biasa ia lakukan untuk Venus.
Setelah keduanya keluar, mereka akhirnya memilih untuk berangkat berempat lantaran jam sudah menunjukan waktu yang sudah cukup siang jika untuk bersantai-santai lagi.
"Mungkin Jeara sudah berangkat duluan kali." kata Raka dengan diisyaratkan oleh Venus agar Suga mengerti.
"Bisa jadi, soalnya dia cukup sering sih pada ninggalin kita buat berangkat duluan. Udah, Suga kamu tenang aja. Jeara pasti sudah ada di sekolah sekarang." kata Venus dengan menggunakan bahasa isyarat.
Suga hanya mengangguk dengan perasaan aneh yang mendadak merasuki rongga dadanya. Entah kenapa ia merasa cemas pada Jeara. Ditambah saat ia mengingat ekspresi Jeara kemarin. Sepertinya ada sesuatu yang Jeara sembunyikan darinya.
Mereka tak sempat mengobrol seperti biasanya agar cepat lekas sampai. Dan bertepatan dengan bel yang berdering, mereka akhirnya tiba di gerbang sekolah.
"Huh!" ujar keempatnya dengan membungkukan badan karena lelah. Napas mereka juga tersengal karena sedari tadi langkahnya terus diajak berjalan dengan setengah berlari.
"Tuh, benar, kan apa aku bilang." kata Venus saat mereka sudah sampai di depan pintu kelas mendapati Jeara yang sedang mendengarkan musik dari earphonenya sambil menggambar.
"Oy!" tegur Venus begitu ia melepaskan ranselnya yang ada di bangku depan meja Jeara. Jeara terkejut sampai membuat goresan tak terduga pada gambarannya.
"Yah, Venus. Gambarannya kan jadi rusak." ujar Jeara dengan wajah yang cemberut berusaha mengimpropisasi goresan tersebut menjadi sesuatu.
"Biarin. Abisnya kamu tega banget ninggalin kita berangkat duluan. Tuh, Suga lama banget nungguin di depan rumah kamu. Tapi kamunya malah berangkat duluan." kata Venus dengan suara sarat kekesalan.
"Suga, maaf. Aku tidak bermaksud ninggalin kamu duluan. Tadi aku juga lupa buat mengirimi kamu pesan untuk berangkat duluan. Maaf, ya, Ga." kata Jeara dengan matanya yang merasa bersalah.
"Kamu emangnya tadi berangkat jam berapa, Je?" tanya Raka yang duduknya di seberang dudukannya Jeara.
Comments
In Channel