Keshalihan Orang Tua Berpengaruh Besar terhadap Anak
Update: 2025-12-01
Description
Keshalihan Orang Tua Berpengaruh Besar terhadap Anak merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Tarbiyah Jinsiyyah (Pendidikan Seksual Untuk Anak Dan Remaja Dalam Islam). Kajian ini disampaikan pada Selasa, 4 Jumadil Akhir 1447 H / 25 November 2025 M.
Kajian Tentang Keshalihan Orang Tua Berpengaruh Besar terhadap Anak
Keshalihan orang tua adalah modal yang paling penting dalam tarbiyah jinsiyyah. Pendidikan hakikatnya adalah keteladanan—apa yang dicontohkan dan ditampilkan kepada anak-anak didik. Apalagi tarbiyah jinsiyyah adalah ilmu terapan (praktikal), bukan sekadar ilmu teori. Adanya keteladanan dan contoh sangat fundamental.
Orang tua sebagai pendidik di rumah, dan guru sebagai pendidik di sekolah, memiliki harapan yang sama: anak tumbuh menjadi generasi yang shalih dan salihah, yang berguna bagi diri dan lingkungannya, berjalan di atas hidayah, dan selamat dari kerusakan serta fitnah. Diharapkan mereka tumbuh menjadi pribadi yang menjaga kesucian dan kehormatan diri, terbimbing di atas nilai-nilai syariat Islam yang hanif, yang akan membawa mereka kepada fitrah, selamat dari gangguan setan, dan mengantarkan mereka ke jenjang pernikahan yang penuh berkah untuk melanjutkan keturunan.
Keshalihan dan ketakwaan orang tua adalah modal yang sangat penting untuk mewujudkan semua harapan tersebut. Ironis jika berharap anak menjadi shalih, bertakwa, dan bermanfaat, tetapi orang tua sendiri jauh dari hal tersebut atau berkubang dalam maksiat. Berharap anak bisa lepas dari syahwat, sementara orang tua tidak menjaga diri dari hal itu, merupakan suatu ironi.
Otak Anak yang Meniru
Otak anak didesain sangat sederhana, tidak seperti otak orang dewasa. Otak anak diprogram untuk meniru. Anak lebih cepat belajar dengan meniru daripada menalar, sebab kemampuan nalarnya masih rendah. Anak akan meniru dengan cepat tanpa perlu disuruh, bahkan meniru dalam diam.
Orang tua dan pendidik sering tertipu dengan diamnya anak. Anak mungkin diam karena takut, tetapi semua tingkah laku yang dilihat akan terekam dalam ingatannya. Asumsi yang terbentuk di kepalanya adalah: “Kalau sudah dewasa/besar seperti Ayah/Ibu, boleh melakukan ini dan itu.”
Contohnya, jika orang tua membohongi anak dan anak hanya diam (tidak protes), dalam benaknya akan terekam, “Oh, kalau sudah jadi dewasa, boleh bohong.” Itu adalah tindakan yang dianggapnya legal.
Oleh karena itu, memberikan keteladanan yang baik—bahwa keshalihan dan ketakwaan adalah modal utama—adalah perkara yang sangat penting. Peribahasa mengatakan, “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.” Ibnul Qayyim Rahimahullah mengatakan, anak akan tumbuh besar dari apa yang dibiasakan oleh orang tuanya, yang dicontohkan secara terus-menerus. Jika orang tua setiap hari memperlihatkan kekerasan atau teriak-teriak, sulit bagi anak untuk terbebas dari hal yang sama, meskipun tidak pernah disuruh meniru. Hal itu sangat berpengaruh pada jiwa anak.
Oleh karena itu, perlu menjaga diri ketika tampil di hadapan anak—istilahnya, menjaga citra (image) sebagai orang tua. Pelajaran yang ditanamkan kepada anak bersifat terapan (praktikal), dan sangat cepat menular serta sampai kepada anak melalui keteladanan. Jika contohnya tidak baik, hasil (output) yang diharapkan juga tidak baik.
Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi orang tua. Ketika berusaha menjaga citra di depan anak,
Comments
In Channel



