Belajar dari bencana alam di utara Sumatera, bagaimana membangun sistem peringatan dini yang kompeten di masa mendatang?
Description
Belajar dari rangkaian bencana alam yang terjadi di wilayah utara Sumatera, muncul kembali pertanyaan penting: bagaimana Indonesia dapat membangun sistem peringatan dini yang lebih kompeten di masa mendatang? Derasnya hujan, meningkatnya potensi longsor, dan meluapnya aliran sungai menjadi pengingat bahwa kesiapsiagaan bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan mendesak.
Para pakar kebencanaan menilai, sistem peringatan dini harus bertumpu pada tiga pilar utama: teknologi yang andal, alur komunikasi yang jelas, serta partisipasi masyarakat. Pemasangan sensor hidrologi dan geologi di titik-titik rawan dapat memberikan informasi cepat mengenai perubahan kondisi alam. Namun teknologi saja tidak cukup. Informasi yang muncul dari sistem sensor harus diteruskan melalui jalur komunikasi yang terintegrasi—mulai dari BMKG, BPBD, pemerintah daerah, hingga ke masyarakat paling dekat dengan titik risiko—tanpa hambatan, tanpa keterlambatan.
Yang tak kalah penting, masyarakat harus menjadi bagian dari sistem itu sendiri. Edukasi kebencanaan, simulasi evakuasi, hingga pembentukan relawan desa tangguh bencana menjadi elemen yang memperkuat rantai kesiapsiagaan. Ketika masyarakat memahami makna sinyal peringatan dini dan tahu langkah yang harus diambil, maka potensi penyelamatan jiwa akan jauh lebih besar.
Dengan membangun sinergi antara teknologi, pemerintah, dan masyarakat, Indonesia dapat melangkah menuju sistem peringatan dini yang lebih adaptif dan responsif. Sebuah langkah strategis untuk memastikan bahwa ketika bencana datang, informasi tiba lebih awal, tindakan dilakukan lebih cepat, dan lebih banyak nyawa dapat diselamatkan.
Talk :: Ahli Geologi UGM, Ir. Agus Hendratno, ST.MT & Pengamat Anggaran dan Kebijakan, Elfenda Ananda








