DiscoverRadio Rodja 756 AMDzikir saat Bangkit dari Rukuk
Dzikir saat Bangkit dari Rukuk

Dzikir saat Bangkit dari Rukuk

Update: 2025-11-19
Share

Description



Dzikir saat Bangkit dari Rukuk ini merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Fiqih Doa dan Dzikir yang disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Senin, 26 Jumadil Awal 1447 H / 17 November 2025 M.















Kajian Tentang Dzikir saat Bangkit dari Rukuk







Serial ke-243 ini mengangkat tema bacaan saat bangkit dari rukuk dalam shalat. Ketika seorang muslim rukuk, kemudian bangkit dari rukuk (I’tidal), terdapat sebuah dzikir yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.







Bacaan ini sudah sering kita dengar dan hafal. Dalil yang menjadi landasan untuk membaca dzikir ini diriwayatkan oleh seorang sahabat Nabi, yaitu Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu. Beliau menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jika bangkit dari rukuk, beliau akan mengangkat kedua tangannya setinggi bahu (pundak). Telapak tangan beliau menghadap ke depan, bukan ke samping.







Dalam riwayat yang shahih lainnya, dijelaskan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga pernah mengangkat kedua tangannya setinggi telinga. Dengan demikian, terdapat dua cara yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam saat mengangkat tangan dalam shalat, yaitu: setinggi bahu atau setinggi telinga.







Kedua versi ini adalah benar karena keduanya pernah dikerjakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini menunjukkan bahwa umat Islam dapat mengamalkan salah satu dari dua cara tersebut, atau mengamalkannya secara bergantian, kadang setinggi bahu dan di waktu yang lain setinggi telinga.







Saat bangkit dari rukuk, sambil mengangkat kedua tangannya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengucapkan:







سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ







“Allah mendengar pujian dari orang yang memuji-Nya.” (HR. Bukhari)







Makna “Sami’allahu Liman Hamidah”







Dalam bahasa Arab, kata سَمِعَ (sami’a) berarti “mendengar”. Dengan mengucapkan kalimat سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ, berarti kita sedang mengatakan bahwa Allah mendengar pujian dari orang yang memuji-Nya.







Pujian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dilakukan dengan menyebutkan nama-nama-Nya yang mulia (Asmaul Husna) atau dengan mengucapkan dzikir seperti, “Subhanallah (Maha Suci Allah), Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah), Laa ilaaha illallah (Tidak ada tuhan selain Allah), dan Allahu Akbar (Allah Maha Besar).” Ketika kita memuji Allah, Dia akan mendengarnya.







Meskipun makna harfiah kalimat tersebut secara spesifik menyebut “orang yang memuji-Nya,” perlu dipahami bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki sifat الْسَّمِيعُ (As-Sami’) yang berarti Yang Maha Mendengar.







Sifat As-Sami’ menunjukkan bahwa pendengaran Allah itu sempurna dan meliputi segala sesuatu. Segala jenis suara, baik yang lirih maupun yang keras, didengar oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan, ucapan atau bisikan buruk, kasar, dan jorok pun didengar oleh-Nya, meskipun ucapan itu bukan merupakan pujian kepada-Nya. Allah mendengar segala perkataan yang diucapkan oleh manusia.







Saat seseorang berbicara dengan suara yang sangat keras, pendengar sering kali bingung atau tidak memahami apa yang diucapkan. Hal ini membuktikan bahwa pendengaran manusia itu terbatas.
Comments 
loading
00:00
00:00
1.0x

0.5x

0.8x

1.0x

1.25x

1.5x

2.0x

3.0x

Sleep Timer

Off

End of Episode

5 Minutes

10 Minutes

15 Minutes

30 Minutes

45 Minutes

60 Minutes

120 Minutes

Dzikir saat Bangkit dari Rukuk

Dzikir saat Bangkit dari Rukuk

Radio Rodja, Cileungsi Bogor, Indonesia