Adab Murid Saat Menghadapi Guru yang Keras
Update: 2025-09-23
Description
Adab Murid Saat Menghadapi Guru yang Keras adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Kitab Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim fi Adabil ‘Alim wal Muta’allim. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Emha Hasan Ayatullah pada Sabtu, 27 Rabiul Awwal 1447 H / 20 September 2025 M.
Kajian sebelumnya: Menghormati Guru sebagai Bentuk Ibadah
Kajian Islam Tentang Adab Murid Saat Menghadapi Guru yang Keras
Seorang penuntut ilmu harus sabar ketika melihat gurunya marah atau bersikap keras, terlebih jika sikap tersebut demi kemaslahatan murid.
Hendaklah seseorang sabar menghadapi sikap keras dan akhlak guru yang buruk. Apabila gurunya memiliki akhlak yang jelek, hal itu tidak boleh menghalangi murid untuk tetap belajar dan tetap berprasangka baik kepada gurunya. Murid seharusnya mencari alasan positif bagi gurunya, misalnya dengan berprasangka bahwa gurunya melakukan itu demi kemaslahatan.
Namun, jika seorang alim menjadi panutan umat, lalu bersikap meskipun mubah, lebih utama baginya untuk meninggalkan hal tersebut. Inilah yang dinamakan meninggalkan perkara yang dapat meruntuhkan kehormatan.
Imam an-Nawawi rahimahullah dalam kitab Al-Minhaj menjelaskan contoh perkara yang dapat merusak muruah seorang guru. Beliau menyebutkan, misalnya keluar tanpa penutup kepala atau mencium istri di depan umum. Meskipun hukumnya boleh, hal itu tidak pantas karena dapat menjatuhkan kewibawaan seorang guru.
Artinya, seorang guru pantas menjaga penampilannya di hadapan murid-murid. Namun jika suatu saat guru melakukan hal yang kurang pantas, murid hendaknya tetap berbaik sangka. Bisa jadi gurunya sedang lelah atau ada maslahat tertentu.
Dahulu, Sa‘id bin al-Musayyib Rahimahullah juga menasihati tentang pentingnya adab murid terhadap guru. Beliau bahkan menerima surat dari beberapa sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang berisi nasihat dalam masalah ini.
Di antara nasihat itu disebutkan: “Jika engkau mendengar sebuah kalimat keluar dari saudaramu sesama muslim, sedangkan engkau masih bisa mencari alasan yang baik baginya, maka janganlah engkau berprasangka buruk kepadanya.”
Dalam surat yang dinukil dari sebagian sahabat juga disebutkan: “Kalau ada orang yang tidak peduli dengan dirinya, bahkan membuka peluang untuk dituduh, maka janganlah mencela kecuali dirinya sendiri.”
Artinya, dalam syariat juga ada tuntutan agar seseorang menjaga diri, tidak membuka peluang aib, dan tidak membuka kesempatan orang lain untuk menyalahkannya. Misalnya, datang terlambat ke shalat berjamaah atau memakai pakaian yang tidak pantas. Seseorang bisa saja beralasan ingin menampakkan kesederhanaan atau mengajarkan bahwa hal itu mubah. Namun, jika masyarakat menilainya tidak pantas, maka sebenarnya dialah yang bersalah karena membuka peluang orang lain untuk berprasangka buruk kepadanya.
Yang sedang dibahas di sini bukan soal itu, melainkan sikap seorang murid ketika melihat gurunya melakukan sesuatu yang kurang sempurna. Selama masih bisa dicarikan alasan yang tepat, itulah yang seharusnya dilakukan.
Apabila seorang guru marah, murid hendaknya berintrospeksi, beristigfar, dan mencari alasan yang tepat.
Comments
In Channel