Pentingnya Menjaga Batasan Allah
Update: 2025-10-05
Description
Pentingnya Menjaga Batasan Allah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 8 Rabiuts Tsani 1447 H / 30 September 2025 M.
Kajian sebelumnya: Wafatnya Orang-Orang Shalih dan Tersisanya Generasi Buruk
Kajian Tentang Pentingnya Menjaga Batasan Allah
Dari Abu Ts’abah Al-Husyani Radhiyallahu ‘Anhu. Beliau mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ فَرَضَ فَرَائِضَ فَلاَ تُضَيِّعُوْهَا، وَحَدَّ حُدُودَاً فَلاَ تَعْتَدُوْهَا وَحَرَّمَ أَشْيَاءَ فَلاَ تَنْتَهِكُوْهَا، وَسَكَتَ عَنْ أَشْيَاءَ رَحْمَةً لَكُمْ غَيْرَ نِسْيَانٍ فَلا تَبْحَثُوْا عَنْهَا
“Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mewajibkan beberapa kewajiban, maka janganlah kalian menyia-nyiakannya. Allah juga memberi batasan-batasan dalam agama ini, maka janganlah kalian melampauinya. Allah mengharamkan beberapa hal, maka janganlah kalian merusak yang telah diharamkan-Nya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mendiamkan beberapa perkara sebagai bentuk rahmat bagi kalian bukan karena lupa, maka janganlah kalian membahasnya.” (HR. Ad Daruquthni)
Hadits ini menunjukkan bahwa kita wajib melaksanakan kewajiban yang ditetapkan Allah, serta menjaga batasan-batasan-Nya. Selain itu, yang diharamkan harus kita jauhi, dan yang didiamkan oleh Allah tidak perlu kita pertanyakan atau cari-cari.
Imam An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala mengomentari bahwa hadits ini memiliki derajat yang hasan. Namun sebagian ulama yang menilainya sebagai hadits dhaif.
Ada hadits lain yang shahih dari Abu Darda Radhiyallahu ‘Anhu, hadits ini semakna dengan hadits dhaif di atas.
مَا أَحَلَّ اللهُ فِيْ كِتَابِهِ فَهُوَ حَلاَلٌ، وَمَا حَرَّمَ فَهُوَ حَرَامٌ، وَمَا سَكَتَ عَنْهُ فَهُوَ عَافِيَةٌ، فَاقْبَلُوْا مِنَ اللهِ الْعَافِيَةَ، فَإِنَّ اللهَ لَمْ يَكُنْ نَسِيًّا، ثُمَّ تَلاَ هَذِهِ الآية:…..
“Apa yang dihalalkan oleh Allah dalam kitab-Nya, maka itulah yang halal. Dan apa yang diharamkan-Nya, maka itulah yang haram. Sedangkan apa yang didiamkan-Nya, maka itu adalah yang dimaafkan maka terimalah pemaafan dari Allah. Sesungguhnya Allah tidak pernah lupa. Kemudian beliau membaca ayat, “Dan tidaklah tuhanmu lupa.” (Maryam: 64).(HR. Al-Hakim dihasankan oleh Al-Albani)
Hadits yang disebutkan pertama kali, meskipun hadits ini diperselisihkan (dha’if), namun dari sisi lain, hadits ini memberikan makna yang benar, karena dalam agama Allah terdapat kaidah-kaidah penting yang harus dipatuhi umat.
Dua hadits yang dibacakan memberikan pelajaran penting. Salah satunya adalah bahwa sesuatu yang halal adalah yang dihalalkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Begitu pula bahwa sesuatu yang haram adalah yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam Al-Qur’an dan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Hal ini sudah jelas bahwa seseorang tidak boleh menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah dan tidak boleh mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah Ta’ala, karena semuanya telah ditentukan dengan jelas.
Comments
In Channel