DiscoverRadio Rodja 756 AMIman dan Aqidah Ahlus Sunnah terhadap Sahabat
Iman dan Aqidah Ahlus Sunnah terhadap Sahabat

Iman dan Aqidah Ahlus Sunnah terhadap Sahabat

Update: 2025-01-07
Share

Description



Iman dan Aqidah Ahlus Sunnah terhadap Sahabat adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Kitab Syarhus Sunnah karya Imam Al-Barbahari Rahimahullah. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Iqbal Gunawan, M.A Hafidzahullah pada Rabu, 01 Rajab 1446 H / 01 Januari 2025 M.















Kajian Islam Tentang Iman dan Aqidah Ahlus Sunnah terhadap Sahabat







Pada pembahasan sebelumnya, beliau menjelaskan beberapa tanda-tanda kiamat, terutama tanda-tanda besar seperti turunnya Dajjal, Nabi Isa ‘Alaihis Salam, dan keluarnya Imam Mahdi. Adapun pada pembahasan hari ini, beliau berbicara tentang iman dan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah terhadap para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.







Beliau Rahimahullah mengatakan bahwa Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini iman adalah ucapan, perbuatan, niat, dan kesesuaian dengan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Iman bertambah dan juga berkurang. Beliau menegaskan bahwa iman bertambah sesuai kehendak Allah Azza wa Jalla dan bisa berkurang, bahkan bisa tidak tersisa sama sekali.







Ahlus Sunnah wal Jama’ah juga meyakini bahwa iman secara bahasa adalah الإقرار (penetapan). Ketika seseorang mengimani, berarti dia menetapkan. Adapun secara syariat, iman adalah keyakinan dalam hati, ucapan dengan lisan, dan perbuatan dengan anggota tubuh.







Iman harus diyakini dalam hati seseorang. Di antaranya adalah iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari akhir, takdir baik dan buruk, serta segala rincian yang wajib diketahui dan diyakini oleh setiap muslim.







Iman harus diucapkan dengan lisan, seperti kalimat أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰهِ. Selama seseorang mampu berbicara, ia harus mengucapkannya. Adapun jika ia bisu, maka boleh menggantinya dengan isyarat.







Iman juga harus dibuktikan dengan perbuatan anggota badan. Seseorang yang mengaku beriman harus melaksanakan kewajiban-kewajiban yang Allah perintahkan, seperti shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, haji jika mampu, dan mengeluarkan zakat jika hartanya telah mencapai batas nisab yang ditentukan.







Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini bahwa iman itu bertambah dan berkurang. Iman dapat bertambah, naik, kuat, dan kokoh, tetapi juga bisa melemah, berkurang, dan rapuh. Iman bertambah dengan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla. Semakin seseorang memahami nama-nama dan sifat-sifat Allah, maka keimanannya akan bertambah.







Keimanan juga meningkat dengan menambah ibadah-ibadah sunnah di samping ibadah wajib, seperti memperbanyak zikir kepada Allah, membaca Al-Qur’an, berbakti kepada orang tua, bersilaturahim, serta memperbanyak sedekah. Semua ini dapat memperkuat keimanan.







Sebaliknya, iman berkurang dengan maksiat dan perbuatan dosa, terutama dosa besar seperti zina, riba, memakan harta anak yatim, meminum khamar, dan lain sebagainya. Semua ini jelas akan sangat mengurangi keimanan seseorang.







Keyakinan ini berbeda dengan kelompok Murjiah, yang menyimpang dari pemahaman Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Murjiah mengatakan bahwa iman cukup diyakini dalam hati tanpa harus diucapkan dengan lisan. Atau kelompok Murjiah yang lain mengatakan bahwa iman cukup diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan tidak harus dibuktikan dengan amal perbuatan. Padahal, iman yang benar adalah yang diyakini dalam hati,
Comments 
00:00
00:00
x

0.5x

0.8x

1.0x

1.25x

1.5x

2.0x

3.0x

Sleep Timer

Off

End of Episode

5 Minutes

10 Minutes

15 Minutes

30 Minutes

45 Minutes

60 Minutes

120 Minutes

Iman dan Aqidah Ahlus Sunnah terhadap Sahabat

Iman dan Aqidah Ahlus Sunnah terhadap Sahabat

Radio Rodja 756 AM